HOLOPIS.COM, JAKARTA – Fenomena embun es di kawasan Dieng, Jawa Tengah, ternyata berkaitan dengan mulai masuknya musim kemarau. Menurut penjelasan Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dodo Gunawan, fenomena tersebut sangat dimungkinkan terjadi saat musim kemarau.

Apalagi posisi Dieng, ada di dataran yang cukup tinggi di mana suhu udara cukup dingin serta tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.

“Sehingga di malam hari yang tidak tertutup awan, suhu udara akan sangat dingin sekali karena radiasi balik dari bumi dengan leluasa menuju angkasa tanpa adanya pantulan dari awan,” jelas Dodo (10/7).

“Sehingga bumi akan menjadi dingin sekali, dan seluruh lapisan di mana yang mengandung uap air itu, karena suhu minus yang biasanya disertai adanya frost atau embun yang membeku,” lanjutnya.

Kondisi awan yang sudah sangat tidak ada, bahkan clear seperti itu di malam hari. Membuat suhu udara bisa jadi dibawah 0 derajat celcius.

“Suhu bumi, karena tidak ada radiasi tentunya pada malam hari tidak ada matahari, justru energi bumi yang memancar meradiasikan kembali tanpa ada pemantulan dari awan khususnya, sehingga dia menjadi minus menjadi dingin bahkan bisa sampai minus,” kata Dodo.

Diungkapkan Dodo, fenomena embun es juga terjadi di beberapa wilayah lainnya yang ada di pegunungan.

Fenomena tersebut membawa dampak bagi para petani yang harus alami gagal panen. Untuk itu, petani khususnya di pegunungan diharapkan untuk mengatur musim tanam.

Tentunya dengan tetap memperhatikan kondisi cuaca agar segera dilakukan panen sebelum embun es merusak tanaman.

Dia menjelaskan saat ini 35 persen dari zona musim di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sebagian besar wilayah timur Indonesia telah memasuki kemarau.