HOLOPIS.COM, JAKARTA – Selain Hari Raya Idul Fitri, umat muslim diseluruh dunia juga merayakan Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan musim haji dan identik menyembelih hewan kurban. Di Indonesia biasanya yang menjadi hewan kurban sapi, domba, dan kambing.
Tak hanya itu, keanekaragaman di Indonesia juga terlihat saat Hari Raya Idul Adha. Beragam tradisi di setiap daerah turut memeriahkan hari besar umat muslim tersebut.
Berikut ini Holopis.com akan menyajikan apa saja tradisi unik ketika Idul Adha diberbagai daerah Indonesia :
- Apitan, Semarang
Tradisi Apitan dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan berupa hasil bumi. Tradisi dimulai dengan pembacaan doa, dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak yang disusun dalam bentuk gunungan. Kemudian, hasil bumi yang diarak tersebut akan dijadikan rebutan masyarakat.
Tradisi ini dipercaya dilakukan juga oleh Wali Songo sebagai ungkapan syukur. Selain itu, masyarkat juga dapat menyaksikan hiburan lokal.
- Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Tradisi ini mirip seperti Apitan yang mengarak hasil bumi dari halaman Keraton menuju Masjid Gede Kauman. Gunungan yang diarak berjumlah 3 buah, yang tersusun dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
Masyarakat setempat percaya bahwa jika tradisi ini dilakukan akan mendatangkan rezeki, sehingga banyak masyarakat yang ikut serta dalam perayaan.
- Accera Kalompoang, Gowa
Tradisi Accera Kalompoang merupakan suatu ritual pencucian benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Istana Balla Lompoa.
Accera Kalompoang dilakukan dua hari berturut-turut menjelang perayaan Idul Adha di rumah adat Balla Lompoa atau Istana Raja Gowa.
- Meugang, Aceh
Tradisi ini bermula dari masa Kerajaan Aceh yang memotong hewan lalu dibagikan kepada masyarakat secara gratis. Meugang sudah ada dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Masyarat Aceh akan memakan masakan sapi atau kerbau bersama-sama setelah diolah menjadi masakan yang lezat.
- Mepe Kasur atau jemur Kasur, Banyuwangi
Mepe Kasur dilakukan oleh masyarakat suku Osing di Desa Kemiren. Kasur yang dijemur biasanya berwarna hitam dan merah. Warna hitam berarti langgeng, warna merah berarti berani.
Sebelum penjemuran, biasanya akan dimulai dengan menampilkan kesenian daerah, yakni tari gandrung. Kemudian, dilanjutkan dengan menjemur kasur didepan rumah secara serentak oleh masyarakat. Kasur dijemur dari pagi hingga sore dengan dipukul-pukuli menggunakan sapu lidi atau rotan. Setelah itu, masyarakat akan melakukan tumpeng sewu di malam harinya.
Masyarakat suku Osing percaya bahwa hal ini dapat menolak bala dari penyakit atau bencana serta agar rumah tangga tetap harmonis.
- Ngejot, Bali
Tradisi ini rajin dilakukan oleh masyarakat muslim di Bali dengan membagikan makanan, minuman, dan buah-buahan sebagai perwujuan rasa syukur terhadap tetangga non-muslim yang memiliki rasa toleransi yang tinggi. Tradisi ini dilakukan bertujuan untuk menjaga rasa tolenrasi antar umat beragama.
- Manten sapi, Pasuruan
Tradisi manten sapi atau pengantin sapi dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Idul Adha dirayakan oleh masyarakat Desa Westani, Kecamatan Grati. Kebiasaan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada hewan kurban lain sebelum diserahkan kepada penitia kurban untuk disembelih.
Kegiatan ini dimulai dengan memandikan sapi dengan air kembang, kemudian dihias menggunakan bunga tujuh rupa. Selain itu, tubuhnya ditutup dengan kain putin selayaknya pengantin yang cantik.
Kemudian, sapi yang sudah dihias akan diarak ke masjid dan ibu-ibu akan membawa peralatan rumah tangga dan bumbu dapur untuk persiapan menyembelih dan memasak daging sapi.