HOLOPIS.COM, JAKARTA – Iduladha menjadi momentum spesial bagi umat Islam di seluruh dunia. Bahkan iduladha menjadi agenda rutin setiap tahunnya bagi umat Islam baik yang sedang menjalankan ibadah haji maupun yang tidak. Terlebih, masyarakat Indonesia khususnya, sering menyebut iduladha sebagai lebaran haji.

Lantas, apa yang menjadi dasar mengapa iduladha dijalankan dan umat Islam disunnahkan untuk melakukan penyembelihan hewan kurban. Ternyata, ada dasar historinya yang wajib diimani oleh seluruh umat Islam tanpa terkecuali.

Kisah perintah berkurban

Berkurban adalah salah satu kesunnahan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan harta, karena momentum ini, umat islam yang memiliki kemampuan finansial untuk membeli hewan kurban, baik kambing, sapi maupun unta untuk disembelih dan amal ibadahnya dikhususkan untuk kurban iduladha.

Perintah berkurban ini tertuang di dalam Alquran Surat Al Kausar ayat 2 :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Artinya : Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

Namun di dalam historisnya, awal mulanya ada di kisah antara nabi Ibrahim dengan anak semata wayangnya bersama Siti Hajar, yakni Nabi Ismail As. Di dalam kisahnya, termaktub keikhlasan yang sangat luar biasa antara anak dan bapak.

Mimpi Nabi Ibrahim

Awal mulanya, Nabi Ibrahim As merasa mendapatkan mimpi untuk menyembelih anak semata wayangnya, yakni Nabi Ismail. Mimpi pertama, Nabi Ibrahim masih merasa itu semua adalah bunga-bunga tidur saja.

Namun di mimpin kedua, ia merasa semua perintah itu datang dari setan yang mencoba mengganggu keimanannya kepada Tuhannya. Akan tetapi, di mimpin yang kesekian kalinya, ia merasa yakin bahwa semuanya berasal dari Allah SWT.

Mendapati mimpi dan meyakini bahwa ini adalah bagian dari perintah Allah, Nabi Ibrahim pun menyampaikan pesan itu secara langsung kepada sang putra.

“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpin, bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu,” kata Ibrahim kepada Ismail.

Ucapan itu pun sangat berat diucapkan karena ia sangat sayang kepada Ismail. Apalagi, Nabi Ismail adalah sosok keturunan yang sangat ia damba-dambakan selama puluhan tahun lamanya.

Mendengar langsung apa yang diucapkan oleh Ibrahim, Ismail kecil bukannya takut dan marah, justru ia mengatakan dengan sangat tegas bahwa dirinya siap menjalankan perintah Allah SWT tersebut dengan harapan ia dan bapaknya menjadi bagian dari orang-orang yang sabar.

“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah SWT) kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” kata Nabi Ismail.

Bahkan percapakan keduanya itu tertulis abadi di dalam Alquran Surat As Saffat ayat 102 ;
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Artiny : Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Proses penyembelihan Nabi Ismail

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sudah sepakat dengan apa yang menjadi perintah Allah SWT di dalam sebuah mimpi tersebut. Kemudian, dengan rasa ikhlas dan tawakkal yang sangat luar biasa, keduanya pun melakukan proses penyembelihan.

Saat hendak pedang sangat tajam itu nyaris menghunus leher Ismail, seketika itu setan bernama Abyad datang dan ingin mencoba mengganggu agar Nabi Ibrahim membatalkan niatnya untuk menjalankan perintah Allah SWT tersebut.

Namun upaya penggodaan itu gagal karena Nabi Ibrahim maupun siti Hajar tetap teguh pada pendiriannya untuk menjalankan perintah Allah SWT. Akhirnya, keduanya pun melempari setan tersebut dengan 7 (tujuh) batu hingga tersungkur hingga tak lagi menampakkan dirinya. Dan kisah pelemparan batu ini yang akhirnya diabadikan menjadi syariat di dalam rukun haji yakni melemper jumrah.

Proses penyembelihan pun dilanjutkan. Nabi Ibrahim kembali meletakkan pedang super tajamnya ke leher sang putra. Dan dengan ketabahan yang luar biasa, pedang pun mulai menghunus. Sembari bertakbir, Ibrahim meneteskan air mata dan menyelesaikan tugasnya.

Betapa terkejutnya nabi Ibrahim setelah membuka matanya, ternyata yang ia sembelih adalah kambing dengan ukuran sangat besar. Hal ini karena saat pedang yang digunakannya mulai menghunus leher putranya, Allah SWT dengan kehendaknya langsung mengganti Ismail dengan kambing yang didatangkan langsung dari surga. Hasilnya, Nabi Ismail tetap hidup dan peristiwa itu diabadikan di dalam sunnah Ibrahim dengan menyembelih hewan kurban di dalam proses iduladha.

Pergantian Nabi Ismail dengan kambing tersebut tersurat di dalam Alquran Surat As Saffat ayat 107 ;
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

Artinya : Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.