HOLOPIS.COM, JAKARTA – Dinas Perhubungan DKI Jakarta resmi melakukan uji coba rekayasa lalu lintas di Bundaran Hotel Indonesia atau Bundaran HI, Jakarta Pusat, sore ini, 16.00-21.00 WIB, Senin (4/7). Dari pantauan holopis.com, kendaraan yang melintas dari arah Jenderal Sudirman yang ingin berputar menuju Imam Bonjol dialihkan oleh petugas ke MH Thamrin.

Hanya bus Transjakarta yang dapat putar balik di sekitar bundaran.

Sejauh ini, belum ada kepadatan lalu lintas akibat pengalihan tersebut. Lalu lintas tampak ramai lancar.

Pelaksana harian (Plh) Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Emanuel Kristanto mengatakan arus lalu lintas di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI) semakin padat dalam beberapa waktu terakhir. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan rekayasa lalu lintas di sekitar lokasi.

Emanuel mengatakan pada prinsipnya rekayasa lalu lintas ini merupakan salah satu upaya memperlancar arus lalu lintas di ruas Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin.

“Memang ada salah satu titik krusial yang kami rasa perlu untuk dilakukan penanganan, terutama yang krusial saat ini itu adalah adanya crossing di Bundaran HI,” kata Emanuel, Senin (4/7).

Emanuel menjelaskan salah satu penyebab kepadatan di Bundaran HI adalah kendaraan dari arah utara menuju selatan bersilangan dengan kendaraan dari arah selatan yang hendak menuju arah timur Jalan Imam Bonjol.

Menurut dia, persilangan lintasan tersebut semakin padat dan membuat arus lalu lintas semakin macet.

“Sebenarnya kita ingin mengurai adanya crossing kendaraan yang berada di jalinan bundaran, dari bundaran menuju timur dan dari utara menuju ke selatan,” jelas Emanuel.

“Kan ada kendaraan bertemu, yang satunya ke kiri kemudian satunya lurus ke selatan. Itu coba kita urai dan kita hilangkan,” tambahnya.

Emanuel mengklaim peningkatan volume kendaraan di sejumlah ruas jalan, termasuk di sekitar Bundaran HI, terjadi sejak pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1. Tingkat mobilitas masyarakat mulai naik.

“Karena memang sudah kondisi PPKM yang semakin dilonggarkan, kemudian tingkat masyarakat yang WFH (work from home) semakin berkurang,” jelasnya.