Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kebiasaan meminum sperma bagi sebagian besar pasangan mungkin terdengar aneh bahkan lebih ke arah menjijikan. Namun, tahukan anda ada manfaat di air mani yang dikeluarkan dari alat kelamin pria tersebut?.

Dari beberapa penelitian yang telah ada, salah satu manfaat menelan sperma adalah pereda stres. Adanya senyawa antidepresi yang terkandung pada sperma menjadi salah satu alasan sugesti tersebut terjadi.

Beberapa zat tersebut ialah endorfin, estrone, prolaktin, oksitosin, hormon pelepas tirotropin, dan serotonin.

Sebuah penelitian yang terangkum dalam jurnal berjudul Does Semen Have Antidepressant Properties? tahun 2002 oleh Universitas Negeri New York di Albany kemudian juga melakukan survei lewat 293 survei yang dilakukan kepada wanita.

Survei tersebut bertanya tentang apakah berhubungan tanpa menggunakan kondom dan menelan sperma akan memengaruhi suasana hati secara keseluruhan?

Hasilnya, mereka yang menelan atau terpapar sperma ketika bercinta merasa lebih bahagia dan terhindar dari gejala depresi.

Meskipun penemuan tersebut mendukung adanya fakta bahwa menelan sperma membuat suasana hati jadi lebih baik, tapi Layanan Kesehatan Nasional Inggris mengatakan bahwa perasaan bahagia dan anti-depresi disebabkan karena hubungan seksual secara menyeluruh.

Bukan hanya karena dari manfaat menelan sperma. Tentu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini perlu dilakukan.

Selain itu, salah satu manfaat menelan sperma yang banyak dipercaya adalah membantu kualitas tidur lebih nyenyak.

Ini dikarenakan cairan air mani pada sperma mengandung melatonin yakni hormon yang membantu beristirahat dan tidur lebih nyenyak.

Beberapa orang beranggapan bahwa manfaat menelan sperma, zat melatonin akan mengalir pada aliran darah dan membantunya untuk tidur lebih lelap.

Ada banyak penelitian mengenai pengaruh melatonin pada motilitas sperma, serta korelasinya terkait manfaat menelan sperma.

Namun, hasilnya tidaklah signifikan, mengingat jumlah sperma yang tidak sebanding dengan melatonin yang dibutuhkan oleh tubuh agar tertidur lelap. Selain itu, belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pembuktian anggapan tersebut.