Holopis.com JAKARTA, HOLOPIS.COM Sejumlah massa yang tergabung di dalam Gerakan Penyelamat Kakbah (GPK) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor pusat DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Di dalam aksi tarik mandat suharso (TMS) tersebut, massa melakukan teatrikal dengan membawa cermin besar sebagai simbol desakan kepada Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa agar introspeksi diri.

Mereka meminta agar Suharso banyak bercermin atas kepemimpinannya yang dinilai gagal total membangkitkan kejayaan PPP di mata publik dan konstituen.

“Sengaja kita bawakan cermin, ya supaya Suharso Monoarfa introspeksi diri, bahwasanya dia telah gagal dan justru membuat PPP kian ambruk,” kata koordinator aksi GPK, Rohmad di tengah orasinya di bilangan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/6).

Untuk itu, mereka tidak henti-hentinya memohon agar Suharso legowo mundur teratur dari kursi jabatannya Ketua Umum PPP.

Kata Rohmad, aksi demo yang tak kunjung henti itu dilakukan oleh para kader PPP sebagai bukti kesaksian mereka bahwa kepemimpinan Suharso Monoarfa sangat buruk.

“Citra partai berlambang Ka’bah, yang menjadi rumah besar umat Islam makin terjun bebas. Makanya, para kader PPP mulai bersatu menuntut agar Suharso Monoarfa mundur dari jabatan ketua umum PPP,” ucapnya.

Dikatakannya, hari ini adalah aksi keprihatinan bahwa PPP yang harusnya menjadi Partai Besar Umat Islam didirikan para ulama itu kembali meroket performanya seperti dulu.

Innalillahi wainna ilaihi rojiun, PPP di bawah komando Suharso malah kibarkan bendera kuning. Jika tidak ingin PPP sekarat, sebaiknya Suharso Monoarfa pamitan demi menyelamatkan PPP,” sambungnya.

Menurutnya, demo yang dilakukannya kali ini sebagai bentuk rasa cintanya pada PPP agar elektabilitas Partai Ka’bah tersebut tidak menurun.

Sebelumnya, terbukti survei terbaru Charta Politika, menunjukkan elektabilitas Partai Kakbah itu tak mencapai ambang batas parlemen 4 persen. PPP berada di peringkat ke-8 dari daftar elektabilitas partai dengan 2,7 persen. Berada di bawahnya, terdapat PAN dengan angka lebih kecil 2 persen.

“Kami tidak akan berhenti sebelum Suharso Monoarfa mundur. Justru Suharso dan kroni nya pemecah belah, dan membuat PPP makin jeblok. Makanya PPP harus diselamatkan,” pungkasnya.