Apalagi, jika Merpati Air bisa kembali beroperasi, maka tenaga kerja akan kembali terserap. Para pilot yang sebelumnya pasif bisa kembali bekerja, begitu juga dengan sektor pendukungnya.
“Menghidupkan kembali Merpati Airlines bisa membuka tenaga kerja baru, bahkan bisa menyerap tenaga kerja dari lulusan-lulusan ‘flying school’ di Indonesia yang masih nganggur,” terangnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Asosiasi Pilot Merpati (APM) Capt. Sardjito juga mengungkapkan hal serupa, ia sampai saat ini masih berharap agar Merpati Airlines bisa mengudara kembali.
“Saya ini terlanjur cinta dengan Merpati Airlines, sejak 2014 sampai saat ini saya masih mengharapkan kebangkitan Maskapai Merpati. Juga karena sampai saat ini Merpati Airlines masih memiliki tanggungjawab terhadap kurang lebih 1.200 mantan pegawainya, yaitu uang pesangon kami 80 persennya belum terbayarkan,” kata Capt Sardjito.
Lebih lanjut, Capt Sardjito juga menceritakan bagaimana nasib kurang lebih 1.200 karyawan ini yang sampai saat ini masih mengharapkan sisa pesangon yang belum dibayarkan oleh Maskapai plat merah tersebut.
“Ya saya dan teman-teman sangat menghargai upaya-upaya direksi maupun para stakeholder terkait, kami juga masih berharap adanya kebangkitan di Merpati, namun kami juga mengharapkan itikad baik Merpati untuk segera membayarkan sisa pesangon kami. Karena di tengah-tengah Pandemi seperti ini kami sangat membutuhkan,” terangnya.
Memang soal ditutup atau dibangkitkan kembali itu hak sepenuhnya para pemangku kebijakan mereka yang bertugas memangku kebijakan. Akan tetapi, harapan besar itu perlu diutarakan agar bisa dicerna dan dipertimbangkan dengan baik.
“Namun poinnya adalah, kami berharap hak-hak kami segera dilunasi,” pungkasnya.