JAKARTA, HOLOPIS.COM – Anggota Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade membongkar modal atau biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 (satu) liter minyak goreng (migor) kemasan yang kini beredar di masyarakat tak lebih dari Rp 10.000.
Hal itu diungkap Andre saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama Dirut Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III), Mohammad Abdul Ghani di Gedung DPR RI beberapa waktu lalu.
“Tadi keterangan bapak (Abdul Ghani) jelas, bahwa kalau bicara oligarki, karena oligarki yang punya kebun sendiri, Pabrik kelapa sawit sendiri, pabrik minyak goreng sendiri, termasuk distributor D1 dan D2 itu kan oligarki, sedangkan untuk modal produksi minyak goreng itu sendiri kan di bawah Rp 10 ribu per liter dan itu untuk minyak goreng kemasan,” ujar Andre dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis, Rabu (23/5).
Dalam kesempatan yang sama, Politisi Partai Gerindra itu meminta pihak PTPN yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk meningkatkan kemampuan produksi minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Sebab, menurutnya, PTPN baru mampu melakukan produksi minyak goreng sebesar 4 juta liter per bulan atau 480 juta liter per tahun.
“Jadi PTPN harus mampu memproduksi minyak goreng yang banyak. Tidak seperti sekarang, produksi minyak goreng PTPN hanya 4 juta liter perbulan, atau 480 juta liter pertahun, jadi harus ditingkatkan lagi minimal 2 miliar liter pertahun,” tutur Andre.
Lebih lanjut mengenai kebijakan pemerintah soal harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp14.000 untuk minyak goreng curah, Andre menilai kebijakan tersebut sudah baik dan tepat. Hanya saja, kebijakan tersebut mendapat perlawanan dari para oligarki yang menginginkan keuntungan yang lebih banyak.
“Jadi ini perlu dicatat oleh seluruh rakyat Indonesia bahwa oligarki-oligarki itu untung banyak. Jadi kebijakan pemerintah Presiden Jokowi yang menetapkan harga HET untuk minyak goreng curah sebesar Rp 14.000 sebenarnya tidak salah dan sudah tepat. Hanya memang ini ada perlawanan dari oligarki,” tutur Andre.
Untuk itu, Andre berharap agar PTPN sebagai perusahaan pelat merah untuk meningkatkan produksinya, terutama produksi yang berkaitan dengan minyak goreng. Ia menekankan, PTPN sebagai perusahaan negara harus menjadi pemain besar di bisnis minyak goreng yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
“Jadi harapan kami sekali lagi, kita berikan dukungan penuh kepada PTPN untuk menggarap proyek strategis nasional terhadap 3 subholding milik PTPN yakni sawit, gula dan supporting ini. Tapi terkait minyak goreng, PTPN harus berperan penting serta harus jadi pemain besar, dan ini jadi pelajaran bahwa saat ini negara kita sebagai produsen CPO terbesar di dunia bahkan produsen minyak goreng terbesar di dunia tapi kalah oleh oligarki,” sambungnya.