Ia menilai, bahwa UAS adalah sosok penceramah yang berpotensi bisa merusak tatanan sosial masyarakat di negara Singa itu.
“Kami tidak akan membiarkan orang seperti Somad memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengikut lokal atau terlibat dalam aktivitas yang mengancam keamanan dan keharmonisan komunitas kami,” kata Shanmugam saat merespons pengusiran UAS, seperti dikutip The Straits Times hari ini.
Standing position Singapura saat ini dianggapnya sudah sangat jelas. Siapapun penceramah radikal yang bisa memicu munculnya gejolak sosial di kalangan masyarakat, maka pemerintah tidak akan membiarkannya masuk dan menaruh pengaruh di sana.
“Posisi kami sangat sederhana. Orang seperti ini, kami tidak akan membiarkan mereka masuk,” tegasnya.
Shanmugam juga meminta masyarakat Singapura untuk berhati-hati menyikapi keterlibatan pengkhotbah luar negeri dan ajaran yang memecah belah. Ia yakin masyarakat Singapura sudah sangat cerdas dan dewasa, serta mampu memilih dan memilah mana pendakwah yang perlu diikuti dan mana yang tidak.
“Gunakan penilaian Anda. Anda tahu apa yang menjadikan Singapura maju. Anda tahu apa yang baik untuk diri Anda dan komunitas,” tuturnya.
Ditegaskan Shanmugam, bahwa masyarakat Singapura sangat diberikan kebebasan untuk beribadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Hanya saja, ia menegaskan bahwa dalam beragama, ada koridor yang tidak boleh dilampaui.
“Semua orang bebas untuk melangsungkan ibadah mereka di sini. Setiap orang bebas percaya atau tidak percaya Tuhan, atau memercayai Tuhan mana pun yang mereka mau. Namun, kita tak perlu melewati batas dan menyerang orang lain, tuturnya.