JAKARTA, HOLOPIS.COM – Seorang kolonel Garda Revolusi Iran tewas ditembak di luar kediamannya di ibu kota Teheran pada Minggu (22/5) waktu setempat. Garda Revolusi Iran pun menuding Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dalang di balik peristiwa itu.
Dilansir AFP, Senin (23/5/2022), Korps Garda Revolusi Iran, yang merupakan sayap ideologis dari militer Iran, mengidentifikasi anggotanya yang tewas adalah Sayyad Khodai.
“Sayyad Khodai dibunuh dalam serangan bersenjata yang dilancarkan dua pengendara sepeda motor di Jalanan Mohahedin-e Eslam di Teheran,” demikian seperti dilaporkan kantor berita Iran, IRNA.
Khodai tewas usai terkena tembakan lima peluru saat pulang ke rumahnya di Teheran pada Minggu (22/5) sore, sekitar pukul 16.00 waktu setempat.
Kantor berita IRNA merilis foto yang menunjukkan sesosok pria duduk di kursi pengemudi di dalam sebuah mobil, dengan darah terlihat di bagian kerah kemejanya yang berwarna biru dan di bagian lengan kanan atas.
Foto itu menunjukkan pria itu masih mengenakan sabuk pengaman dan terdapat lubang bekas tembakan pada jendela mobil bagian depan pada sisi kursi penumpang.
Kantor berita IRNA menjuluki Khodai sebagai ‘pembela tempat suci’. Istilah itu biasa digunakan untuk menggambarkan siapa saja yang bekerja atas nama Republik Iran di wilayah Suriah atau Irak.
Dalam pernyataan melalui situsnya, Garda Revolusi Iran mengecam pembunuhan Khodai itu sebagai ‘aksi teroris’. Bahkan diklaim oleh Garda Revolusi Iran bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh ‘elemen terkait dengan arogansi global’, yang merujuk pada AS dan sekutu-sekutunya, termasuk Israel.
Garda Revolusi Iran menyatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi pelaku yang disebut sebagai ‘agresor’.
Sebelum Khodai tewas ditembak, ilmuwan nuklir terhebat di Iran Mohsen Fakhrizadeh juga meninggal dibunuh. Iran menuduh Israel sebagai dalang utama untuk serangan terhadap konvoi kendaraan Fakhrizadeh di dekat Teheran.