JAKARTA, HOLOPIS.COM – Bank Indonesia (BI) diprediksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di bulan ini. Hal ini dengan melihat data fundamental ekonomi Indonesia yang masih dinilai cukup kokoh untuk menghadapi inflasi yang terus merangkak naik.
Hal itu seperti yang disampaikan oleh Ekonom Danareksa Reasearch Institute, Muhammad Ikbal Iskandar. Ia mengatakan, bahwa BI akan memilih menahan suku bunga di bulan ini, meskipun inflasi di bulan April telah melonjak hingga mendekati batas atas yang telah ditetapkan pemerintah.
“Kami memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga di Mei tapi kenaikan inflasi bisa mendorong BI untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dibandingkan perkiraan,” tutur Ikbal, seperti dikutip dari laporan Monthly Economic Report and Outlook May 2022, Senin (23/5).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat inflasi Indonesia melonjak 0,95 persen month to month (mtm) pada April 2022, angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017.
Sementara secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi Indonesia meroket 3,47 persen atau tertinggi sejak Agustus 2019. Inflasi tahunan ini terpantau semakin mendekati batas atas yang ditargetkan pemerintah, yakni di rentang 2-4 persen.
Dalam laporannya, Ikbal memperkirakan inflasi Mei akan berkisar di angka 3,74 persen yoy, masih di bawah batas atas target pemerintah. Dia menambahkan fundamental ekonomi Indonesia masih positif, mulai dari transaksi berjalan, rupiah, pertumbuhan ekonomi, hingga neraca perdagangan.
BPS mencatat neraca perdagangan April 2022 mengalami surplus sebesar US$ 7,56 miliar, yang merupakan rekor tertinggi dalam sejarah. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,01 persen yoy di kuartal I-2022 dan transaksi berjalan mencatatkan surplus sebesar US$ 221 juta, atau 0,07 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara rupiah terpantau bergerak melemah sekitar 0,3 persen pada pekan lalu, BI juga mencatat adanya outflow sebesar Rp 4,81 triliun di pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu.
“Sentimen global memang berdampak ke pasar keuangan termasuk kepada pelemahan rupiah. Namun, cadangan devisa tetap tercatat besar,” ujarnya.