Holopis.com JAKARTA, HOLOPIS.COM Tanggal 21 Mei diperingati sebagai Hari Reformasi. Peringatan hari bersejarah ini dimulai pada pertengahan tahun 1998 silam, tepatnya saat Presiden Kedua RI, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin bangsa Indonesia.

Reformasi sendiri, sering diartikan sebagai suatu peristiwa titik balik dari sebuah keadaan yang buruk menjadi keadaan yang lebih baik. Peristiwa reformasi juga diidentikkan dengan perubahan kondisi pada suatu negara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reformasi didefinisikan sebagai perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara.

Krisis Ekonomi

Peringatan hari reformasi sebenarnya dilatarbelakangi oleh krisis moneter atau yang biasa disingkat krimon yang terjadi pada 24 tahun silam, tepatnya pada tahun 1998. Krisis ini merupakan salah satu bagian dari akibat krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Saat itu, krisis moneter yang melanda Tanah Air menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia mengalami keterpurukan. Nilai tukar rupiah yang mulanya Rp2.500 per dolar AS melemah hingga Rp17 ribu per dolar AS.

Perlemahan nilai tukar rupiah ini memicu kenaikan harga-harga, seperti harga bahan pokok dan bahan bakar minyak (BBM). Kala itu, BBM jenis premium naik hingga dua kali lipat. Kenaikan harga-harga ini membuat ribuan usaha bangkrut, terjadi PHK besar-besaran, pengagguran meluas, jumlah orang miskin baru pun semakin bertambah.

Krisis ini membuat kepercayaan masyarakat merosot. Soeharto sudah dianggap tidak mampu lagi mengatasi krisis berkepanjangan ini. Reformasi adalah jalan yang dituntut masyarakat.

Mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia dalam rangka menuntut Soeharto agar lekas turun dari tampuk kekuasaan. Akan tetapi, Soeharto masih saja bersikeras untuk melakukan reformasi usai tahun 2003.

Reformasi tak kunjung terlaksana, protes para mahasiswa pun makin tak terbendung, membuat aksi demonstrasi bermunculan kembali di sejumlah daerah. Seperti di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Ujungpandang, dan daerah lain.

Peristiwa demonstrasi semakin membara, hingga meledaklah peristiwa 12 Mei, yang dikenal dengan ‘Tragedi Trisakti’. Tragedi berdarah terjadi daat para mahasiswa Trisakti dihalangi saat hendak menuju gedung DPR.

Kekacauan semakin parah setelah aparat keamanan mengeluarkan tembakan peringatan. Namun tembakan itu berpeluru besi itu justru mengenai beberapa mahasiswa. Mahasiswa pun kocar-kacir pergi menyelamatkan diri. Hingga akhirnya, empat mahasiswa gugur dalam peristiwa ini. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998). Sedangkan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka dan dibawa ke RS Sumber Waras.

Sejarah peringatan Hari Reformasi

Melihat dampak dari sejumlah demonstrasi dan tragedi berdarah Trisakti ini, sidang paripurna pun diusulkan untuk digelar. Saat itu, Harmoko yang menjabat sebagai Ketua DPRLMPR menyatakan, bahwa pihaknya menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998. Hari reformasi pun semakin dekat.

Sejumlah tokoh turut diundang ke Istana untuk berdiskusi soal masalah ini. Mereka adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid, dan tokoh lainnya. Hingga hasilnya, pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai Presiden.

“Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998,” ucap Presiden Soeharto kala itu.

Berita Soeharto lengser ini pun disambut oleh hiruk-pikuk kegembiraan dari masyarakat. Namun, terlepas dari segala kontroversinya, tetap ada pula rakyat yang tetap mengenang Soeharto sebagai pemimpin yang berjasa pada negeri ini. Hari saat Presiden Soeharto lengser ini pun menjadi momen lahirnya hari reformasi.