Kemudian jika dilihat berdasarkan sektor, ekspor Indonesia di sektor industri pertambangan melonjak 18,58 persen menjadi US$6,41 miliar. Namun, ekspor di sektor industri pertanian, kehutanan, dan perikanan serta industri pengolahan mengalami kontraksi, masing-masing sebesar 8,42 persen dan 0,89 persen.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Indonesia ke Jepang mengalami peningkatan sebesar US$397,1 juta, Singapura melejit US$373,8 juta, Taiwan naik US$225,4 juta, Turki US$149,5 juta, dan Belanda US$87,5 juta. Sedangkan penurunan ekspor terjadi ke Swiss sebesar US$426,3 juta, Amerika Serikat (AS) US$373,2 juta, Pakistan US$104,9 juta, Bangladesh US$35,6 juta, dan Estonia US$34,2 juta.
Adapun pangsa ekspor Indonesia masih didominasi oleh penjualan ke China yang mencapai US$5,49 miliar atau 21,21 persen dari total ekspor Indonesia. Sementara penjualan AS hanya tercatat US$2,46 miliar dan Jepang US$2,24 miliar.
Secara total, ekspor Indonesia selama periode Januari hingga April 2022 mencapai US$93,47 miliar. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 38,68 persen dari US$67,4 miliar pada tahun sebelumnya di periode yang sama.
Impor
Dari sisi impor, impor migas pada April 2022 mencapai US$3,81 miliar atau naik 9,21 persen dari US$3,49 miliar bulan sebelumnya. Nemun impor non migas mengalami penurunan sebesar 13,65 persen, dari yang semula US$18,47 miliar menjadi US$15,95 miliar.
“Kenaikan impor migas karena peningkatan impor minyak,” jelas Margo.
Kamudian berdasarkan jenis barang, impor konsumsi turun 6,4 persen menjadi US$1,7 miliar, bahan baku/penolong melorot 8,68 persen menjadi US$15,54 miliar, dan barang modal anjlok 19,34 persen ke US$2,52 miliar.
“Penurunan impor barang konsumsi dari farmasi, gula, dan kembang gula. Untuk bahan baku penolong, disebabkan menurunnya impor besi dan baja, bijih logam dan abu,” terangnya.