Holopis.com Sikap PDI-P sebagai oposisi itu pun membuahkan hasil karena pada pemilu 2014, partai berlambang banteng itu keluar sebagai pemenang.

“Artinya di bawah kepemimpinan Puan, fraksi PDIP memang sejalan dengan masyarakat dalam mengkritik berbagai kebijakan SBY yang saat itu dianggap tidak tepat,” tukas Moenanto.

Pada Pemilu 2014 itu, Puan kembali maju dalam pemilu legislatif dan lagi-lagi meraih suara terbanyak kedua secara nasional. Namun Puan memilih melepas kursinya di DPR, lantaran ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menduduki posisi Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Direktur Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) pun menilai Puan dapat berkinerja baik selama menjabat sebagai menteri.

“Ini terbukti dengan dipertahankannya Puan sampai masa jabatan Jokowi-Jusuf Kalla berakhir pada 2019. Padahal waktu itu banyak sekali menteri-menteri hebat yang kena reshuffle, termasuk yang berasal dari parpol pendukung,” katanya.

Setelah masa jabatan Jokowi-JK berakhir, Puan pun kembali terpilih sebagai caleg dengan suara terbanyak pada Pemilu 2019. Cucu dari proklamator Bung Karno itu kembali ke Senayan dan kali ini terpilih sebagai Ketua DPR.

Tak hanya memimpin satu fraksi, namun kini Puan menjadi pemimpin bagi 575 anggota DPR.

“Memimpin DPR dengan 575 anggota itu tentu bukan lah hal yang mudah. Apalagi yang yang dipimpin itu elite-elite di republik ini dan berasal dari partai-partai yang berbeda. Tapi Puan mampu melakukan itu, terbukti sejak kepemimpinan Puan relatif tidak pernah ada masalah atau konflik di internal DPR,” katanya.

Dengan rekam jejak itu, maka Gede pun meyakini Puan bisa sukses mencalonkan diri dan terpilih sebagai Presiden RI pada 2024 mendatang.