WASHINGTON, HOLOPIS.COM – Presiden Jokowi menyalahkan dampak perang antara Rusia dengan Ukraina, memperburuk perekonomian dunia pasca dihantam pandemi Covid-19.
Dalam KTT Khusus ASEAN-AS di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jokowi menegaskan perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan. Kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi, sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian SDGs di negara berkembang dan kurang berkembang.
“Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka,” kata Jokowi, Jumat (13/5) waktu setempat.
Di hadapan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Jokowi kemudian menyerukan berbagai pihak untuk bersuara untuk menghentikan perang di Ukraina sekarang juga. Jokowi juga mengatakan, bahwa perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antar negara.
“Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga. Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud,” tegasnya.
Pertumbuhan ekonomi, menurut Jokowi, juga memprihatinkan. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023. Dan Bank Dunia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.
“Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen,” ungkapnya.
Jokowi kemudian mengulangi lagi apa yang telah disampaikan pada pertemuan dengan Kongres. “Bahwa lebih dari lima dekade, ASEAN terus membangun arsitektur keamanan yang inklusif, mengedepankan paradigma kolaborasi, mendorong habit of dialogue dan rules based order. Spirit yang sama kami dorong di Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” paparnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemudian menyambut baik inisiatif Amerika melalui Indo Pacific Economic Framework (IPEF).
“Tentu kerja sama di bawah IPEF harus inklusif. Saya harapkan sinergi antara IPEF dengan pelaksanaan prioritas kerjasama di AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific),” tukasnya.
Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun depan, Presiden juga menyampaikan rencananya melakukan Indo Pacific Infrastructure Forum.
“Saya berharap partisipasi Amerika Serikat dalam forum tersebut,” harapnya.