JAKARTA, HOLOPIS.COM – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menegaskan, bahwa wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang teridentifikasi pada hewan ternak tidak menular kepada manusia.
Ia pun menegaskan, daging sapi yang terjangkit wabah tersebut pun masih bisa dikonsumsi.
“Jadi, kepanikan tidak perlu terjadi. Karena seperti apa telah disampaikan berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan, PMK ini tidak menular kepada manusia,” kata Syahrul dalam keterangan pers virtual, (11/5).
“Yang ingin saya sampaikan adalah dagingnya masih bisa dikonsumsi oleh manusia, masih aman dimakan,” imbuhnya.
Hanya saja, masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi organ sapi sapi langsung terkena PMK, seperti kaki, jeroan, kemudian bagian mulut seperti bibir, lidah dan lain-lain.
Untuk itu, Syahrul menambahkan, semua rumah potong hewan (RPH) harus dilengkapi dengan tenaga kesehatan.
“Jadi tidak ada RPH yang tidak dikawal tenaga kesehatan, bersama posko mengawalnya. Karena itu, penjualan liar dan lain-lain, khususnya di daerah suspek kita hindari bersama,” kata Syahrul.
Dia mengakui, wabah PMK berbahaya bagi hewan karena penyebarannya melalui udara atau airborne.
“Cukup panjang, kita harus bisa isolasi kurang lebih 3 km dari daerah suspek sampai 100 km, seperti itu. Kita berusaha maksimal. Sejauh ini di tempat industri susu dan lain masih sangat terjaga dengan baik,” ujar Syahrul.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah mengatakan, bahwa PMK merupakan penyakit disebabkan virus dan belum ada obatnya.
Hingga saat ini, lanjut dia, tengah dilakukan persiapan percepatan pembuatan vaksin di dalam negeri. pihaknya juga akan fokus pada penguatan imun sapi atau ternak berkuku terbelah lainnya yang belum terjangkit PMK.
“Seluruh SOP petunjuk teknis, melakukan lockdown dan pembatasan telah kita sampaikan semua kepada pemerintah daerah. Lalu gubernur, wali kota dan bupati yang berada di depan mengatur lebih teknis lagi. Mungkin di Aceh beda penanganannya dengan di Jawa Timur karena kultur dan lain-lain. Tapi prinsipnya semua sudah ada, pemusnahannya, bila ingin dimakan dagingnya seperti apa sudah ada,” kata Nasrullah.
Selain itu, ia juga menuturkan, bahwa pemerintah akan mengerahkan ribuan tenaga medis ke lapangan, guna bekerja bergantian 24 jam dengan SOP ketat.
“Sehingga apabila ada keresahan seperti misalnya ada yang mau melakukan potong paksa, maka itu langsung didampingi tenaga medik kita. Sehingga bisa mengajari organ ini harus dimusnahkan, hanya ini yang bisa dimakan, cara memusnahkannya, dan sebagainya,” jelas Nasrullah.
“Edaran Menteri untuk kewaspadaan dan langkah akan diambil sudah dilakukan. Semua tim, bukan hanya Kementan, Dinas Fungsi Peternakan, Dinas Perhubungan, termasuk Satgas Pangan. Kami besok akan lakukan sosialisasi kepada seluruh petugas Polri di lapangan agar ikut melakukan pengawasan dan pengendalian di daerah,” ujarnya.