JAKARTA, HOLOPIS.COM Masyarakat diharap tak terkecoh pada elektabilitas figur calon pemimpin yang kerap dipublish oleh berbagai lembaga survei. Prestasi dan etikalah yang sejatinya menjadi hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pemimpin.

Pakar Filsafat dari Universitas Indonesia (UI), Rocky Gerung, mencontohkan, figur Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo yang digadang-gadang sebagai capres potensial karena memiliki elektabilitas tinggi tidak cukup untuk dielu-elukan sebagai pemimpin masa depan. Sejatinya, sambung Rocky, Ganjar harus menunjukkan juga prestasi dan etika dalam berpolitik serta menawarkan gagasan tentang masa depan Indonesia.

Rocky sependapat dengan Pakar Hukum Bivitri Susanti dan Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah dalam tulisan-tulisannya yang secara garis besar menyebut problem bangsa Indonesia saat ini adalah menyoal etika dalam bernegara bukan elektabilitas atau polesan citra semata.

“Relevan apa yang ditulis oleh Bivitri Susanti dan Fahri Hamzah untuk mengingatkan bahwa problem bangsa ini bukan elektabilitas tetapi etikabilitas. Jadi, etikabilitas itu yang hilang,” ujar Rocky Gerung dalam wawancara eksklusif bersama Hersubeno Arief di jalan YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (7/5).

“Jadi pemimpin yang tidak paham etikabilitas dan tidak punya intelektualitas pasti kapabilitasnya rendah dan legitimasinya turun, soal ini yang cacat di kita,” tegas Rocky.

Rocky menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) seolah semakin kentara sedang ingin memberi isyarat pesan bahwa Ganjar Pranowo adalah penerus dia setelah tidak lagi menjabat sebagai Kepala Negara. Sayangnya, Ganjar Pranowo masih kalah secara kapabilitas dan prestasi dari pesaingnya yang juga memiliki elektabilitas tinggi di sejumlah hasil survei nasional.

Sebab, Ganjar hanya melemparkan isu radikalisme dan intoleransi semata dalam beberapa tahun terakhir.

“Tapi kita bisa pastikan tentu Pak Jokowi ingin mengasuh seseorang untuk menjadi penggantinya. Dan yang ada di depan mata kita itu cuman Ganjar Ganjar dan Ganjar. Kita ingin Ganjar itu ada etika, intelektualitas. Tapi kalau kita lihat kampanye Ganjar itu cuma soal radikalisme, intoleransi. Di mana isi pikiran masa depan? Kalau cuman nakut-nakutin rakyat tuh,” sesal Rocky.

“Sementara pesaingnya Ganjar, Anies Baswedan sudah beredar ke luar negeri tuh, selektif kegiatan dia di Jakarta kemaren itu disorot oleh internasional (Idulfitri di JIS salah satunya). Apapun keterangannya Anies bisa melampaui kemampuan konseptual dibandingkan dengan Ganjar yang diolok-olok orang sebagai Jokowi Kecil, karena dia cuma mengedarkan dan dia cuma bikin isu aja itu,” pungkas Rocky Gerung.