Duh, Potensi Stagflasi hingga Resesi Ancam Eropa

JAKARTA, HOLOPIS.COM Para CEO atau petinggi sejumlah perusahaan blue chip asal Eropa telah memprediksi potensi stagflasi hingga resesi akan melanda Eropa dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Stefan Hartung, CEO Bosch.

Melansir CNBC, petinggi perusahaan raksasa teknik dan teknologi asal Jerman itu mengatakan, warga eropa dapat sedikit menghela nafas karena salah satu pemicunya, yakni pandemi Covid-19 akan segera berakhir.

“Yang pasti, kami melihat resesi besar sedang terjadi, tetapi itulah yang kami lihat sedang dalam proses. Masih ada permintaan yang menggantung karena krisis Covid yang akan segera kita tinggalkan,” kata Stefan Hartung.

Seperti diketahui, Eropa menjadi benua yang sangat rentan terhadap dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina, terlebih dengan rentetan sanksi ekonomi yang menimbulkan kekhawatiran mengenai pasokan energi.

Bersamaan dengan itu, kebijakan penguncian (lockdown) China pun memicu kekhawatiran tentang munculnya stagflasi. Pasalnya tingkat pertumbuhan ekonomi di Eropa saat ini berada di taraf yang rendah, sementara tingkat inflasi di beberapa negara di eropa juga tergolong tinggi. Hal ini tentu akan menimbulkan kekhawatiran mengenai resesi.

Tercatat tingkat inflasi rata-rata di Eropa pada bulan Maret mencapai rekor tertingginya, yakni di level 7,5 persen. Kendati demikian, Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) masih enggan menaikkan suku bunga seperti para rekan-rekannya, seperti Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).

Sementara itu, Kepala Ekonom Berenberg, Holger Schmieding dalam sebuah catatannya mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Eropa cenderung mengalami kontraksi pada kuartal kedua di tahun 2022 ini.

“Memburuknya penguncian China dan pengeluaran konsumen yang berhati-hati sebagai reaksi terhadap energi tinggi dan harga pangan dapat dengan mudah menyebabkan kontraksi sementara dalam PDB zona euro di Q2,” kata Schmieding.

Schmieding menuturkan, embargo pada impor minyak dan gas (migas) dari Rusia sangat tidak mungkin dapat mengubahnya menjadi resesi yang lebih serius. Namun hal sebalknya akan terjadi Jika The Fed salah perhitungan dalam mengendalikan inflasi, maka ancaman resesi akan bertahan hingga tahun depan.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral