JAKARTA, HOLOPIS.COM – Direktur eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto menilai, isu Presiden 3 Periode dan Penundaan Pemilu 2024 yang digaungkan oleh Mahasiswa baik di aksi 11 April 2022 oleh BEM Seluruh Indonesia, maupun rencana aksi 21 April 2022 oleh Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) menunjukkan, bahwa isu yang mereka konsolidasikan sebenarnya belum matang.
“Yang saya lihat teman-teman Mahasiswa ini belum punya kematangan tentang isu tuntutan sampai sukses aksi,” kata Hari kepada wartawan, Minggu (17/4).
Apalagi isu 3 periode misalnya, menjadi wacana yang sebenarnya hanya muncul dari mulut para pembantu Presiden. Di antaranya adalah Bahlil Lahadalia, Luhut Binsar Pandjaitan hingga Airlangga Hartarto.
Sementara beberapa kali kesempatan, Presiden Joko Widodo sendiri sudah menegaskan bahwa ia masih taat terhadap konstitusi yang berlaku, termasuk membantah bahwa pemerintah akan menunda pemilu 2024.
Kemudian, ia juga berkaca pada aksi 11 April 2022 di depan gedung DPR RI, di mana banyak kelompok massa yang bukan afiliasi mahasiswa justru ikut datang dan memeriahkan aksi unjuk rasa BEM SI tersebut. Namun yang cukup disayangkan, terjadi peristiwa kekerasan yang menimpa aparat kepolisian baik Brimob maupun Satlantas Polri.
Dan yang paling heboh adalah aksi pengeroyokan dosen FISIP UI Ade Armando. Menurut Hari, kelompok non mahasiswa ini merupakan elemen yang sengaja didorong oleh pihak-pihak tertentu untuk memanaskan situasi.
Apalagi jika isu 3 periode maupun penundaan pemilu ini ternyata masih dimainkan oleh elemen Mahasiswa yang nantinya akan dikomando oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) pada 21 April 2022 mendatang.
“Artinya ada kelompok yang berperan, ada elite yang mengirimkan massa supporting kepada adik-adik mahasiswa. Makanya jangan sampai gerakan Mahasiswa ini ditunggangi oleh kelompok kepentingan yang ujungnya mengganggu pemerintahan,” tuturnya.