JAKARTA, HOLOPIS.COM Pengamat Media Sosial, Ismail Fahmi melihat sesuatu yang janggal terkait narasi ‘Jokowi Turun’ dengan tagar (hashtag) #TurunkanJokowi dan #GoodByeJokowi yang saat ini tengah ramai di media sosial, khususnya Twitter.

Ia mengatakan, narasi muncul menjelang aksi 11 April tersebut seolah-olah adalah tuntutan mahasiswa. Padahal, kata dia, kelompok Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) tidak menuntut Presiden Jokowi untuk turun dari jabatannya.

“BEM SI menyatakan akan demo tanggal 11 April 2022, dengan 6 tuntutan: tolak penundaan pemilu, kaji ulang UU IKN, stabilkan harga, usut mafia minyak goreng, selesaikan konflik agraria, dan tuntaskan janji2 kampanye. Tidak ada ‘Tuntut Jokowi turun’,” ujar Ismail dalam cuitannya di akun pribadinya @ismailfahmi, Sabtu (9/4).

Karena penasaran siapa dalang di balik tuntutan tersebut, ia pun melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan keyword #TurunkanJokowi dan #GoodByeJokowi.

Adapun data yang digunakan berasal dari unggahan netizen di Twitter dalam periode 1 (satu) minggu atau 7 hari terakhir.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan setidaknya 24,7 ribu percakapan di Twitter yang mengandung keyword tersebut.

Ia menjelaskan, bahwa tagar #turunkanjokowi sudah mulai digaungkan sejak 4 April 2022.

“Lalu naik pesat hingga 12 ribu mention pada 7 April dengan #GoodByeJokowi, lalu tren turun meski masih ribuan per hari,” jelasnya.

Ismail Fahmi yang juga direktur PT. Media Kernels Indonesia (Drone Emprit) itu mengatakan, bahwa hal serupa juga pernah terjadi pada saat aksi mahasiswa tolak RUU KUHP beberapa tahun lalu. Di mana saat itu tagar #TurunkanJokowi menjadi viral setelah dilontarkan oleh kalangan netizen oposisi.

Namun pada kesempatan kali ini yang diangkat adalah tagar #GoodbyeJokowi. Kendati demikian, tagar #TurunkanJokowi masih ada walaupun jumlahnya hanya sedikit.