JAKARTA, HOLOPIS.COMInisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid memberikan apresiasi terhadap berbagai kinerja Densus 88 Anti Teror dalam penanggulangan terorisme.

“Saya sangat menghargai apa yang menjadi tugas dan kerja densus 88,” kata Habib Syakur dalam Ruang Tamu Holopis Channel dengan tema “Lawan Radikalisme atau Islamofobia” pada hari Kamis (24/3).

Pun demikian, ulama asal Kota Malang Jawa Timur ini tetap memberikan kritikan kepada badan yang membidangi penanggulangan terorisme itu. Salah satunya adalah soal keterbukaan terkait proses penangkapan yang sampai menimbulkan korban jiwa. Ia pun memberikan contohnya adalah kasus tewasnya dr Sunardi di Sukoharjo pada hari Rabu (9/3) lalu.

“Dijelaskan sumbernya dari mana, kegiatannya apa, dan motif penangkapannya bagaimana dan jika haruskan dilakukan penembakan harus dipaparkan secara terbuka, apalagi kalau memang teroris harus ditembak mati, maka keharusan ini mengikuti standar apa,” tuturnya.

Keterbukaan ini penting disampaikan oleh Densus 88 sebagai bagian dari kontrol sosial, sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang situasi yang diklaim lembaga itu bahwa target mereka itu sudah membahayakan orang lain dan petugas.

“Waktu melakukan kegiatan penangkapan apalagi sampai terduga sampai tertembak, saya sebenarnya menyayangkan sekali, karena situasi sekarang ini rakyat Indonesia perlu sebuah kejelasan,” paparnya.

Ia pun memberikan saran kepada Densus 88, agar jangan sampai ada upaya tembak mati dalam proses penyergapan dan penangkapan terhadap orang-orang yang mereka cap sebagai teroris, selama mereka tidak menggunakan senjata api maupun bahan peledak dalam melakukan perlawanannya.

Bagi Habib Syakur, cukup dilakukan pelumpuhan saja sehingga bisa diproses hukum lebih lanjut, termasuk juga bisa digunakan untuk menggali informasi lebih dalam terkait keterlibatannya dalam jaringan terorisme.