JAKARTA, HOLOPIS.COM – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa banyak program dari Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang tidak jelas, khususnya dalam kaitan deradikalisasi.
“Banyak yang nggak jelas. Densus bantu ekonomi teroris dengan alasan deradikalisasi. Apa barometernya kalau program begini berhasil, kenapa tidak dimasifkan bantu keluarga korban ?,” kata Habib Syakur kepada Holopis, Kamis (24/3).
Ia menilai jika memang agendanya adalah deradikalisasi, Habib Syakur menilai Densus 88 tidak malah memblow-up bantuan-bantuan ekonomi, jika memang niat membantu sebaiknya dimasifkan untuk mengakomodir para korban yang jelas menjadi pihak sangat terdampak dari kebiadaban para teroris.
“Nanti para teroris merasa, wah enak ya kita banyak dibantu kebutuhan hidup. Jadi mereka tetap dengan pemikiran radikalnya, toh selama ini dibantu sama aparat walaupun dianggap toghut,” ujarnya.
Habib Syakur menyampaikan bahwa menubah pikiran radikal tidak dengan memanjakannya. Karena persoalan pemikiran radikal dan teroris bukan faktor ekonomi, tapi salah dalam memahami agama.
Terlebih, beberapa kasus Densus 88 memberikan bantuan kepada para pelaku teroris dan dipublikasi secara masif. Misalnya, membantu renovasi besar rumah istri Ali Kalora, kemudian pemberian sepeda motor baru untuk istri teroris di Kabupaten Jepara, dan sebagainya.
“Teroris ini musuh rakyat dan biadab. Saya kok lebih setuju kalau cara penanggulangan terorisme dengan sikap yang tegas dan keras, bukan dengan dikipas sama fasilitas-fasilitas penunjang ekonomi,” tegasnya.