JAKARTA, HOLOPIS.COM – Istilah Down Syndrome kerap kali disamakan dengan istilah autis atau keterbelakangan mental yang bisa dialami oleh seorang manusia. Namun, faktanya kedua nya adalah hal yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Kondisi autism spectrum disorders atau biasa disebut autis ini bisa disebabkan oleh banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang menderita autis.
Sedangkan istilah Down Syndrome sendiri diketahui merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Dilansir dari www.worlddownsyndromeday.org, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Langdon Down.
Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
Melihat situasi seperti itu, munculah inisiasi dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk membuat sebuah peringatan tentang hari down syndrome sedunia.
Kemudian pada tahun 2012 melalui sidang umum PBB tanggal 19 Desember 2011, keputusan tersebut akhirnya diresmikan. Selain itu, organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) pada tanggal 20 Desember 2007, juga menyatakan peringatan hari down syndrome sedunia jatuh pada tanggal 21 Maret.
Latar belakang lain pemilihan tanggal tersebut dilihat dari penderita down syndrome yang memiliki kelebihan kromosom 21 di dalam tubuhnya. Hal inilah yang menjadi tanda dari down syndrome itu sendiri. Para penderitanya biasanya memiliki tiga kromosom 21, sehingga dikenal dengan Trisomi 21.
Itulah yang menjadi alasan mengapa dipilihnya tanggal 21 pada bulan ke 3 ini. Down Syndrome ini sendiri merupakan kondisi dimana adanya keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang disebabkan oleh kelainan dari perkembangan kromosom.
Tujuan dari peringatan hari down syndrome sedunia tersebut adalah untuk mengajak masyarakat, organisasi atau perusahaan-perusahaan dari negara di seluruh dunia, agar mempromosikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang down syndrome.
Selain itu, memberikan kesempatan yang sama dengan individu yang mengalami down syndrome. Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat dari seluruh dunia misalnya, mengadakan demonstrasi, pertemuan ilmiah, kegiatan sosial dan medis, dan bertukar wawasan dengan masyarakat tentang down syndrome.
Hingga saat ini, peringatan Down Syndrome sedunia itu juga masih terus diperingati untuk memberikan kesempatan dan hak kepada mereka yang mengidap kelainan tersebut.
Seperti pada tema tahun 2022 ini, diputuskan tema yang merupakan sebuah pertanyaan “What Does Inclusion Mean?” yang diterjemahkan untuk memberikan pendapat masing-masing untuk menjawab apa itu arti atau makna inklusi.
Prinsip dasar pengangkatan tema inklusi ini adalah untuk menyerukan “partisipasi penuh dan efektif serta inklusi orang-orang dengan Down Syndrome dalam lingkungan sosial”. Makna inklusi sendiri akan menjadi sangat personal bagi tiap orang.
Tema ini dirancang sebagai momen bagi komunitas Down Syndrome global untuk terhubung setiap tahun sehingga bisa saling sharing ide, pengalaman, maupun pengetahuan tentang Down Syndrome dan hal yang terpenting adalah memberdayakan satu sama lain untuk mengadvokasi atau menyuarakan hak yang sama bagi orang-orang Down Syndrom.