JAKARTA, HOLOPIS.COM – Polemik minyak goreng di Indonesia belakangan ini juga menjadi sorotan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri. Namun bukan permasalahan harga dan kelangkaan dri minyak goreng, melainkan sikap masyarakat yang rela antre berebut membeli minyak goreng.

“Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?” Ujar Megawati, (18/3).

Menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

“Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia, lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu,” tuturnya.

Mega mengatakan, seandainya almarhum suami menyuruhnya untuk ikut mengantre atau berebut membeli minyak goreng, sudah pasti dia tak mau.

Selain enggan menghabiskan waktu, kata Mega, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng juga tak baik untuk kesehatan tubuh.

Ketimbang menggoreng, Mega bilang lebih memilih memasak di rumah dengan cara lainnya.

“Saya emoh (tidak mau). Aku lebih baik masak di rumah, direbus kek, dikukus kek,” kata dia.

Meski demikian, Mega tak menampik pentingnya minyak goreng untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia. Namun, menurut dia, minyak goreng bukanlah kebutuhan primer.

“Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho, padahal, ini kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya kita kreatif,” kata Presiden ke-5 RI itu.

Menanggapi pernyataan tersebut, sejumlah warganet memberikan kritik kepada megawati. Seperti yang diungkapkan beberapa warganet.

“Bibik saya, dia hidup dari membuat cucur pandan dan aneka keripik.
Dengan keadaan minyak dan harga saat ini, otomatis menganggu kegiatan usaha, ekonomi dan bahkan hidupnya,” ujar akun @FitriMawagusony.

“Yg jualan pisang goreng ganti jadi jualan pisang rebus, yg jual nasi goreng ganti jualan nasi rebus, yg jualan gorengan ganti jualan rebusan, weleh2… Bu… Rakyat mau direbus juga.. ? Mikire tingkat mikro aja toh….,” kata akun @Darwoto1212.

Seperti diketahui, sejak akhir tahun lalu, harga minyak goreng melambung tinggi. Pemerintah sempat mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Untuk minyak goreng curah, ditetapkan HET sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

HET yang diterapkan mulai 1 Februari 2022 itu memang sempat membuat harga minyak goreng di pasaran turun. Namun, keberadaannya menjadi langka di pasaran.

Akhirnya, pemerintah mencabut aturan soal HET. Artinya, harga minyak goreng kemasan diserahkan ke mekanisme pasar.

Setelahnya minyak goreng memang muncul kembali di pasaran. Tetapi, masalah yang muncul selanjutnya yakni harganya melonjak tinggi.