JAKARTA, HOLOPIS.COM – Infeksi Covid-19 yang memburuk dan peraturan lockdown telah mengancam manufaktur dan produksi teknologi di Shenzhen, yang dikenal sebagai ‘Lembah Silikon China.’

Meski demikian, kemunduran negara tirai bambu dalam mengalami pandemi yang berjalan sejak 2020 itu tidak akan memberikan dampat signifikan, demikian menurut Profesor Heiwai Tang di Universitas Hong Kong.

“Seperitnya lockdown akan lebih singkat kali ini dengan lebih banyak tracing, yang berarti hanya menyebabkan gangguan singkat pada pekerjaan dan produksi. Jika akhirnya berlangsung selama berminggu-minggu, itu masalah lain, termasuk risiko inflasi,” jelas Tang, dilansir dari ABC News, Selasa (15/3).

China mengalami krisis Covid-19 terburuk sejak awal 2020 saat pertama kali pandemi dimulai dan menginfeksi masyarakat global.

Akibatnya, China akan memerintahkan puluhan juta masyarakatnya untuk lockdown di provinsi Jilin dengan populasi 24 juta, dan kota Shenzen serta Dongguan, dengan populasi 17.5 juta.

China, merupakan salah satu negara besar yang memberlakukan konsep ‘Kebijakan-nol Covid-19,’ dan melaporkan ribuan kasus baru di lusinan kota.

Berbeda dari negara-negara lain, China tidak menunjukkan tanda-tanda akan berporos pada pedoman ‘hidup bersama virus.’