JAKARTA, HOLOPIS.COM – Hari ini, KH Miftachul Akhyar resmi meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
“Di saat Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami’na wa atha’na (kami dengarkan dan kami patuhi),” kata kiai Miftachul Akhyar saat memberikan pengarahan dalam rapat gabungan Syuriyah-Tanfidziyah PBNU di kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/3).
Ia menegaskan bahwa kemunduran dirinya dari jabatan strategis di MUI tersebut sama sekali tidak ada paksaan.
“Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan,” tegasnya.
Ulama yang saat ini mengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu pun lantas menceritakan proses pemilihan dirinya menjadi Ketum MUI pada November 2020.
Ia juga mengatakan bahwa saat akan melepaskan jabatan Ketua Umum MUI, sempat ia merasa keberatan. Karena nyaris jabatan Rais Aam di PBNU selalu berbarengan dengan jabatan Ketua Umum MUI.
Namun karena keyakinan besar yang dipupuk, akhirnya ia siap melepaskan amanat yang pernah diterimanya itu.
“Semula saya keberatan, tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat ‘bid’ah’ di dalam NU. Karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan Organisasi MUI Salahuddin Al-Aiyub membenarkan pihaknya telah menerima surat pengunduran diri Miftachul.
“Awal pekan ini, surat tersebut telah kami terima. Selanjutnya, MUI akan merespons surat tersebut sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di internal MUI,” tegas Salahuddin.
Adapun Katib Syuriyah PBNU yang juga Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh, menyatakan sangat menghormati keputusan Rais Aam.
“Saya sebagai santri sangat menjunjung tinggi keputusan Kiai Miftah, dan akan mengonsolidasikan sesuai mekanisme organisasi,” ujarnya.