Lantas bagaimana tata cara shalat khusuf ?
A. Tata Cara Sholat Gerhana Matahari
Para ulama bersepakat bahawa tidak disyariatkan adzan dan iqamah dalam rangkaian pelaksanaan sholat gerhana. Namun, disunahkan untuk menyeru jamaah untuk melakukan sholat dengan seruan “ash-shalatu jaami’ah”. Adapun tata cara sholat gerhana matahari sebagai berikut:
- Niat
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Latin : Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta’ala
Artinya: Saya niat shalat sunnah gerhana matahari sebagai imam atau makmum karena Allah semata
- Takbiratul Ihram
-
Membaca doa iftitah
اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .
Latin : Allaahu akbar Kabiraa Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa, Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardha Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.
Artinya: Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).” -
Dilanjutkan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain dengan ayat yang panjang dan suara yang keras
-
Rukuk sambil memanjangkan bacaannya
-
Bangkit dari ruku (itidal)
-
Tidak langsung sujud namun kembali membaca Al-Fatihah dan surat dengan ayat yang lebih pendek
-
Kembali ruku yang bacaannya tidak sepanjang yang pertama
-
Itidal
-
Sujud yang lamanya seperti ruku dilanjutkan duduk di antara dua sujud serta sujud kembali
-
Bangkit dari sujud dan mengerjakan rakaat kedua dengan bacaan dan gerakan seperti sebelumnya namun lebih singkat
-
Salam.
B. Tata Cara Sholat Gerhana Bulan
Sholat gerhana bulan dimulai sejak awak terjadinya gerhana bulan sampai gerhana tersebut. Adapun tata cara sholat gerhana bulan sesuai ajaran Rasulullah SAW sebagai berikut:
- Niat
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Latin: Ushallii sunnatal khusuufi rak‘ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aalaa.
Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”
-
Takbiratul Ihram
-
Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya. Disunnahkan surat yang panjang
-
Ruku’
-
Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri
-
Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya. Disunnahkan lebih pendek daripada sebelumnya
-
Ruku’ lagi. Disunnahkan waktunya lebih pendek dari ruku pertama
-
I’tidal
-
Duduk di antara dua sujud
-
Sujud kedua
-
Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya
-
Ruku’. Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri
-
Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya
-
Ruku’ lagi. Disunnahkan waktu ruku’ lebih pendek dari ruku’ pertama
-
I’tidal
-
Sujud
-
Duduk di antara dua sujud
-
Sujud kedua
-
Duduk Tahiyah akhir.