Terakhir, Eko yang merupakan mahasiswa aktif ini memberikan pelajaran kepada Yaqut Cholil Qoumas agar lebijak lagi dalam menggunakan lisannya. Apalagi kata-kata yang dikeluarkan berkaitan dengan pekerjaan dan kebijakan publik.
Ia melihat, justru ucapan penggunaan diksi gonggongan anjing sebagai pembanding kebisingan toa Masjid an Musholla adalah contoh konkret gaya komunikasi yang sangat buruk dari pejabat negara.
“Kami juga mengingatkan Menteri Agama Yaqut untuk lebih hati-hati dalam menggunakan perumpamaan di publik, seperti yang sempat viral baru-baru ini soal gonggongan anjing, menurut kami itu akan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda di masyarakat dan pastinya akan membuat gaduh,” pungkasnya.