Persoalan pandangan tentang cadar ini juga kerap kali orang salah paham, seolah siapapun yang tidak sependapat dengan penggunaan cadar bagi perempuan adalah mereka takut dengan islam atau islamophobia.

Persoalan setuju dan tidak setuju adalah hal yang biasa, apalagi banyak ulama yang berbeda pendapat tentang persoalan cadar, karena ini masih dalam taraf furu’iyah (perbedaan pandangan). Akan tetapi berbeda jauh ketika perspektif cadar identik dengan teroris dan melakukan generalisasi terhadapnya.

“Tidak setuju, bahkan mengkritik cadar atau jilbab, bukanlah Islamofobia. Yang bisa disebut Islamofobia adalah menggeneralisir bahwa semua muslimah yang bercadar adalah jahat dan teroris. Ini pandangan yang keliru, menurut saya,” tandasnya.

Kemudian, Gus Ulil juga memberikan salah satu contoh gamblang tentang seperti apa islamophobia. Yakni salah seorang cendekiawan Amerika Serikat bernama Robert Spencer. Menurutnya, dialah contoh sejati seperti apa islamophobia berlangsung.

“Bagi orang-orang seperti Spencer ini, tidak ada yang disebut ‘Islam moderat’. Bagi dia hanya ada satu Islam: Islam sebagai ‘religion of evil’, agama kejahatan. Islam moderat itu hanya ‘basa-basi’ diplomatik untuk menutupi ‘ajaran-ajaran jahat’ dalam Islam,” terang Gus Ulil.

“Inilah contoh yang terang-terangan dari Islamofobia. Kaum Islamofob seperti Spencer ini tidak berhenti pada menulis buku saja, tetapi ‘mendakwahkan’ Islamofobia,” sambungnya.