JAKARTA, HOLOPIS.COMIslamophobia atau ketakutan dan ketidaksukaan dengan Islam saat ini tengah menjadi jargon baru di beberapa kalangan masyarakat. Tidak hanya diucapkan masyarakat awam saja, akan tetapi seperti jargon baru dari kelompok tokoh agama hingga tokoh politik nasional.

Acap kali, istilah atau jargon Islamophobia diarahkan kepada mereka yang berseberangan dengan pemikirannya.

Salah satu yang berkomentar tentang Islamophobia adalah tokoh Nahdliyyin kultural, yakni Ulil Abshar Abdalla. Salah satu menantu KH Mustofa Bisri alias Gus Mus ini mengaku sangat prihatin dengan kesalahan penempatan istilah Islamophobia oleh beberapa kalangan itu.

“Tidak selayaknya, pihak yg satu menuduh yang lain (keduanya sama-sama umat Islam) sebagai ‘Islamofob’ hanya karena perbedaan ide,” kata Gus Ulil.

Kemudian, Gus Ulil juga menyebut bahwa istilah islamofobia sering diucapkan oleh mereka yang berseberangan dengan pemerintah. Terlebih, juga dialamatkan kepada mereka yang anti terhadap sistem Khilafah ala Hizbut Tahrir.

Padahal kata dia, bahwa berbeda pandangan tidak bisa serta merta dituding Islamophobia.

“Jika seseorang mengkritik keras ide khilafah, misalnya, ia tidak bisa disebut ‘Islamofob’. Begitu juga seseorang yang berpendapat bhw wayang tidak sesuai dengan Islam, dia bukan Islamofob,” ujarnya.

“Sebaliknya, pihak yang menyerang balik pendapat yang mengharamkan wayang juga bukan Islamofob,” imbuhnya.

Pemerintahan Jokowi Tak Islamophobia

Kemudian, Gus Ulil juga menyebut bahwa pemerintahan Joko Widodo tidak mungkin Islamophobia. Karena di dalam struktur pemerintahannya pun, mayoritas beragama Islam, bahkan wakilnya sendiri adalah tokoh Islam di Indonesia.

Hanya saja, sikap politik pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Maruf Amin adalah tegas bahwa mereka mendukung islam moderat atau islam wasathiyah.