JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, bahwa adanya informasi tentang data terorisme menyusup ke lembaga publik dan ormas memang benar adanya. Akan tetapi ia menegaskan bahwa penyampaian data tersebut bukan bermaksud untuk menyudutkan kelompok tertentu.
Justru kata Boy, data tersebut bisa menjadi acuan bagi semua pihak untuk tetap meningkatkan kewaspadaan agar tidak menjadi sasaran kamuflase kelompok teroris.
“Yang disampaikan oleh juru bicara BNPT Prof Irfan Idris, lebih dikandung maksud untuk kita semua membangun kewaspadaan bersama, bahwa ideologi terorisme dapat masuk ke berbagai entitas atau kelompok yang ada dalam masyarakat,” kata Boy kepada wartawan, Minggu (20/2).
Statemen ini sekaligus untuk menjawab kritikan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menuding bahwa BNPT sengaja membuat gaduh publik dengan data yang disampaikan lembaga yang fokus pada penanggulangan terorisme di Indonesia itu.
“(BNPT) tidak bermaksud menyalahkan atau menyudutkan pihak tertentu,” tegasnya.
Dibanding malah menyudutkan dan memframing bahwa BNPT ingin mengacak-acak lembaga tertentu dengan informasi manuver kelompok teroris, Boy mengajak masyarakat agar memilih untuk bersatu menjaga basis masing-masing agar tidak dimasuki oleh kelompok teroris maupun kelompok yang mencoba menyusupka paham-paham intoleran dan radikalis.
“Lebih baik kita semua solid bersatu menghadapi penetrasi ideologi terorisme yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tuturnya.
Waspada manuver kelompok teroris
Juru bicara BNPT Irfan Idris mengatakan bahwa pihaknya akan memaksimalkan kinerja dalam upaya penanggulangan terorisme sesuai dengan koridor hukum yang berlaku, yakni UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Dengan regulasi tersebut, BNPT bertugas melakukan upaya-upaya strategis untuk pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penegakan hukum, pembinaan kemampuan, koordinasi penindakan dan kerjasama internasional.
Berbagai ruang lingkup kewenangan itu akan dimaksimalkan demi menanggulagi kelompok radikalis dan teroris. Apalagi kata Idris, kelompok teroris akan terus bermanuver untuk bisa merekrut lebih banyak orang demi melancarkan visi misinya.
“Radikal terorisme yang menggunakan ideologi kekerasan akan menghalalkan segala macam cara, termasuk merekrut simpatisan dan pendukung di manapun berada,” kata Idris.
Kelompok radikal dan teroris akan menyusup ke kelompok masyarakat secara halus demi bisa diterima oleh lingkungan sekitar. Dari sana, mereka akan mulai melakukan upaya-upaya doktrinasi demi menarik minat dan perhatian masyarakat yang ada.