JAKARTA, HOLOPIS.COM Tren lonjakan inflasi di beberapa negara di dunia tentunya menjadi perhatian bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasalnya tren kenaikan inflasi ini banyak terjadi di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS).

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengaku telah mewaspadai tren inflasi tersebut yang berpotensi menggangu perekonomian global.

“Yang harus diwaspadai tadi disampaikan ke presiden, adalah lonjakan inflasi dunia terutama di negara maju seperti diketahui mencapai 7,5 inflasi AS pada Februari, dan ini akan mendorong kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers usai rapat kabinet paripurna, Rabu (16/2)

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani mengatakan bahwa bank Sentral AS (The Fed) telah melakukan ancang-ancang untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan AS.

Menurut Sri Mulyani, kenaikan suku bunga acuan AS akan berdampak buruk terhadap aliran modal.

“Ini akan berikan dampak spill over atau rambatan yang harus diwaspadai dalam bentuk capital flow, akan alami pengaruh negatif dari kenaikan suku bunga dan dari sisi yield atau imbal hasil dari SBN. Tentu akan mendorong dalam hal ini biaya surat utang negara,” paparnya.

Diungkapkan Sri Mulayani, tren melonjaknya Inflasi sjuga telah terjadi di negara berkembang, seperti di Argentina dan Turki yang berada di sekitar 50%. Kemudian Rusia dan Brasil serta Meksiko di sekitar 7-10%.

Hal ini, lanjutnya, disebabkan melambungnya harga komoditas dan rantai pasok di pasar internasional.

“Lingkungan in harus diwaspadai, karena negara emerging sudah meningkat,” ujar Sri Mulyani.

Selain itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, bahwa pihaknya juga mewaspadai kondisi ekspor yang diperkirakan lebih rendah seiring dengan penurunan harga komoditas di pasar internasional.

“Itu adalah lingkungan makro yang kita hadapi,” pungkasnya.