JAKARTA, HOLOPIS.COM – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid ikut merasa prihatin atas polemik yang ada di desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah beberapa hari terakhir ini.
Menurutnya, penuntasan konflik ini sebenarnya bisa diurai dengan baik jika semua pihak bisa menahan diri.
“Saya rasa semua pihak harus bisa menahan diri, tidak memaksakan kehendak. Cobalah lakukan komunikasi yang arif agar situasi bisa kondusif,” kata Habib Syakur kepada Holopis, Jumat (11/2).
Ia memahami, pembangunan yang tengah direncanakan oleh pemerintah tentang waduk dan bendungan memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi, salah satunya adalah untuk mengairi sawah masyarakat seluas 15 ribu hektar yang ada di sekitarnya.
Apalagi klaim pemerintah pusat, bahwa bendungan Bener dan waduk yang akan dibangun di sana bisa menjadi instrumen untuk sumber daya air baku, sumber listrik dan mengatasi banjir.
Hanya saja, segudang manfaat dari pembangunan itu menurut Habib Syakur tidak boleh menyisakan persoalan hang justru bisa mendiskreditkan nilainya.
“Pembangunan yang memiliki nilai manfaat sangat besar itu pun tidak boleh disertai dengan pengabaian hak masyarakat,” tuturnya.
Jika ada persoalan yang belum terselesaikan di dalam upaya pembangunan yang akam digalakkan pemerintah, Habib Syakur menyarankan agar pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bisa mengambil langkah persuasif, demi kepentingan preventif dan preemtif.
“Coba duduk bareng ngobrol dengan semua masyarakat untuk mencari solusi bersama yang baik,” imbuhnya.
Kepada kepolisian, Habib Syakur juga mengimbau agar korps Bhayangkara tersebut tetap menjaga humanismenya di dalam menjalankan tugas. Ia pun mengingatkan tentang slogan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo tengang PRESISI (prediktif, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan).
“Polisi tidak boleh represif, lakukan pendekatan yang baik sebagaimana slogan Bapak Kapolri, Presisi,” tandasnya.
Menahan diri dan memilih penyelesaian jalur musyawarah mufakat ini menurut Habib Syakur adalah ciri khas bangsa Indonesia.
“Sebagai bangsa yang pancasilais dan beradab, penyelesaian jalur musyawarah mufakat adalah yang paling baik. Karena kita diajarkan oleh nenek moyang kita begitu,” ucapnya.
“Bendungan dan waduk ini tidak ada nilainya jika bangsa kita saling menyakiti,” sambung Habib Syakur.
Imbauan untuk saling menahan diri dan lebih mengedepankan musyawarah ini disampaikan Habib Syakur karena selain sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang pancasilais, juga demi meminimalisir kelompok penumpang gelap yang akan memanfaatkan konflik ini untuk kepentingan mereka sendiri.
“Jangan sampai konflik ini justru dimanfaatkan oleh kelompok pengasong Khilafah untuk berjualan ideologi mereka lagi,” pungkasnya.