HOLOPIS.COM Tanggal 9 Februari selalu diperingati sebagai hari Kavaleri TNI AD yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Tepat pada tanggal itulah, menunjukan sebuah upaya para pejuang kita di zaman dahulu untuk mempertahankan kemerdekaan di tahun 1950 hanya dengan menggunakan peralatan yang seadanya.

Lalu, seperti apa sejarah dibentuknya Kavaleri yang masih bertahan sampai dengan saat ini?

Dilansir dari laman pussenkav.mil.id, Kavaleri Angkatan Darat mulai timbul selama perang kemerdekaan. Pertempuran di Surabaya pada bulan Nopember 1945 yang melibatkan beberapa pemuda Indonesia diantaranya pemuda Soebiantoro yang dikemudian hari menjabat sebagai Danpussenkav.

Pada saat itu para pejuang telah menggunakan beberapa Ranpur Panser hasil rampasan dari Jepang, Belanda dan Inggris untuk melawan tentara Sekutu.

Kendaraan tempur hasil rampasan tersebut telah digunakan di beberapa daerah antara lain pada akhir Desember 1949 di Palembang dan awal tahun 1950 di Pulau Jawa dan Medan.

Meskipun hanya menggunakan alat peralatan yang serba terbatas, namun semangat para pemuda menggabungkan Ranpur hasil rampasan perang untuk membentuk organisasi satuan berlapis baja terbilang sukses.

Selanjutnya pimpinan Angkatan Darat pada saat itu mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan organisasi satuan lapis baja, dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat nomor: 5 / KSAD / Pntp / 50 tanggal 9 Pebruari 1950 tentang pembentukan satuan Berlapis Baja. Oleh karena itu maka pada tanggal 9 Pebruari 1950 ditetapkan sebagai hari jadi Kavaleri.

Kavaleri sendiri diketahui merupakan istilah pasukan berkuda di dalam pertempuran aslinya. Mengikut perkembangan zaman, sekarang kavaleri dibekali oleh kendaraan tempur seperti Tank, dan Panser.

Dalam perkembangannya, proses pembentukan Kavaleri diawal tahun 1950, satuan Kavaleri dibentuk dengan nama Komando Pasukan Berlapis Baja di bawah pimpinan Letkol Kav KGPH Soerjo Soejarso yang membawahi 4 eskadron Kavaleri di Bandung, Magelang, Palembang dan Medan.

Eskadron Kavaleri tersebut dilengkapi dengan alat tempur utama kendaraan-kendaraan tempur ex KNIL berupa Ford Link, Humber Scout, Otter Body Car, Universal Carrier dan Stuart. Pada tanggal 21 April 1952 ditetapkan berdirinya Inspektorat Kavaleri yang mengalami perkembangan pada tahun 1954 dengan pembentukan 7 Eskadron Kavaleri sebagai berikut :

1. Pusat pendidikan Kavaleri di Bandung.
2. Eskadron Kavaleri 1 di Padalarang di bawah Panglima III / Siliwangi.
3. Eskadron Kavaleri III di Magelang di bawah Panglima IV / Diponegoro.
4. Eskadron Kavaleri IV di Palembang di bawah Panglima II / Sriwijaya.
5. Eskadron Kavaleri V di Medan dibawah Pimpinan Panglima I / Bukit Barisan.
6. Eskadron Kavaleri A di Malang di bawah Panglima V / Brawijaya.
7. Eskadron Kavaleri B di Bandung di bawah Panglima III / Siliwangi.
8. Eskadron Kavaleri Berkuda di Parongpong.

Dengan peralatan yang terbatas, namun dengan semangat yang tinggi satuan Kavaleri Angkatan Darat terlibat dalam operasi menumpas pemberontakan di daerah-daerah, antara lain :

1. Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen Jawa Tengah.
2. Merapi Merbabu Compleks (MMC) di Jawa Tengah.
3. Republik Maluku selatan (RMS) di Maluku.
4. DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh dan Sulawesi Selatan.
5. PRRI/Permesta di Sumbar dan Sulut.

Pada tanggal 7 Juni 1956 diadakan perubahan organisasi dari Inspektorat Kavaleri menjadi Pusat Kavaleri sesuai dengan Surat Keputusan Kasad nomor : Kpts/78/6/1956 tanggal 7 Juni 1956.

Kavaleri dari Masa ke Masa

Pada periode 1958-1965 terjadi perubahan organisasi di lingkungan TNI AD termasuk Kesenjataan Kavaleri di mana Pusat Kavaleri diubah menjadi Pusat Kesenjataan Kavaleri.

Demikian pula Eskadron Kavaleri divalidasi menjadi Batalyon Kavaleri, yakni:

1) Eskadron Kavaleri 1 menjadi Batalyon Kavaleri I di Padalarang.

2) Eskadron Kavaleri “ B ” menjadi Batalyon Kavaleri 4 di Bandung.

3) Eskadron Kavaleri IV menjadi Batalyon Kavaleri 5 di Palembang.

4) Eskadron Kavaleri Berkuda menjadi Resimen Kavaleri Berkuda.

Selain itu, ada pembentukan 2 Batalyon baru yaitu Yonkav-7/Sersus dan Yonkav-8/Tank dan Yonkav-9/Penyerbu, serta Denkav Ujung Pandang sebagai embrio untuk pembentukan Batalyon Kavaleri 10.

Selanjutnya periode tahun 1965-1980, banyak satuan Kavaleri terlibat dalam penumpasan pemberontakan G.30.S/PKI. Salah satunya adalah Brigade Kavaleri 1/Limpung Alugoro di bawah pimpinan Letkol Kav R. Wing Wiryawan yang bergerak dari Bandung ke Jakarta dan Jawa Tengah untuk menyelamatkan Ibu kota dan wilayah lainnya dari pemberontakan.

Pada periode ini pula dicanangkan gagasan pengembangan Kavaleri yang dikenal dengan proyek “Giling Wesi” di bawah pimpinan Brigjen TNI R.B. Soewito, antara lain dengan dibentuknya Yonkav 10 Dam XIV/Hasanuddin pada tahun 1975.

Pada periode 1980-1990, tepatnya tanggal 27 Mei 1985, Pusat Kavaleri (Puskav) direorganisasi menjadi Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) yang semula di bawah Kobangdiklat menjadi Badan pelaksana Pusat Pembina teknis Kecabangan langsung di bawah Kasad.

Demikian juga Pasinkavkud divalidasi menjadi Sekavkud di bawah Pusdikkav. Pada periode ini pula pada tahun 1984 dilakukan pengadaan Ranpur Co. Scout dan Co. Ranger dari Amerika Serikat.

Sementara periode 2001-2007, merupakan proses penataan Ranpur ke Satuan-satuan Kavaleri dalam pulau Jawa sebanyak 130 unit dan pengadaan 32 unit Panser VAB-NG buatan Perancis untuk penugasan pasukan penjaga perdamaian Garuda XXIII-A / UNIFIL di Libanon.

Tahun 2007, Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) PT Pindad diberikan otoritas untuk memproduksi Alutsista Ranpur dengan mengadopsi jenis Ranpur VAB yang telah dimiliki.

Selanjutnya pada 2009, PT Pindad telah berhasil membuat Ranpur jenis Panser yang kemudian diberi nama Ranpur APS Anoa (6×6) yang didistribusikan kepada TNI AD melalui beberapa tahap.

Sampai dengan saat ini Kavaleri TNI AD telah memiliki Ranpur Panser APS Anoa (6×6) sejumlah 39 unit dengan teknologi yang cukup modern.