Jumat, 20 September 2024
Jumat, 20 September 2024

Wapres Ma’ruf Kecewa Indeks Inovasi Global Indonesia Kalah Dari Negara ASEAN

JAKARTA, HOLOPIS.COMWakil Presiden Ma’ruf Amin menyesalkan rendahnya ranking indeks inovasi global Indonesia.

Ketertinggalan tersebut diungkapkan Ma’ruf lebih rendah dibandingkan dengan negara Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Brunei.

“Dalam laporan bertajuk Global Innovation Index (GII) 2021 yang dirilis oleh The World Intellectual Property Organization (WIPO), disebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat empat terbawah negara inovatif di Asia Tenggara,” kata Ma’ruf, Senin (7/2)

“Padahal slogan populer hari ini adalah inovasi atau mati,” sambungnya.

Ma’ruf kemudian memberikan contoh Korea Selatan dan Finlandia yang memiliki capaian ekonomi gemilang karena berhasil menggabungkan ekonomi berbasis pengetahuan (EBP) dengan kelembagaan yang solid. Adapun salah satu karakter pokok dari kedua negara ini adalah menjadikan institusi pendidikan dan riset sebagai jangkar ekonomi.

Berkaca dari hal tersebut, Ma’ruf berharap hal yang sama juga dapat diterapkan di Indonesia, yakni mendaulat institusi pendidikan dan riset untuk memimpin dan mendorong arah pembangunan ekonomi.

Untuk mendukung transformasi ini, Ma’ruf mendorong peningkatan pengeluaran untuk Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D) yang saat ini persentasenya dari Produk Domestik Bruto (PDB) masih sangat rendah.

“Salah satu yang wajib didorong ke depan adalah peningkatan pengeluaran domestik bruto untuk Research and Development/R&D (GERD) sebagai persentase dari PDB yang masih sangat rendah,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Wapres memaparkan bahwa berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics 2018, GERD Indonesia hanya 0,23% pada 2018.

“Intensitas investasi penelitian dan pengembangan di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara industri maju, seperti Korea Selatan yang telah berinvestasi sebesar 4,81%, Jepang sebesar 3,26%, dan Amerika Serikat sebesar 2,84% dari PDB-nya pada tahun 2018,” urainya.

Ketertinggalan tersebut, juga diperparah dengan jumlah peneliti di Indonesia yang saat ini masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain.

“Jumlah peneliti setara penuh waktu per satu juta penduduk di Indonesia hanya sebanyak 216 pada tahun 2018, sedangkan China dan Rusia jumlah penelitinya masing-masing berurutan sebanyak 1.307 dan 2.784 per satu juta penduduk pada tahun 2018,” bebernya.

“Indonesia tertinggal jauh puluhan kali lipat dibanding ketersediaan peneliti di Jepang dan Korea Selatan pada tahun 2018, yakni berurutan sebanyak 5.331 dan 7.980,” imbuhnya melansir data UNESCO Institute for Statistics 2016–2018.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Rekomendasi

berita Lainnya
Related

Perry Warjiyo Kembali Jabat Ketum ISEI

Perry Warjiyo kembali menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) untuk periode 2024-2027. Ia terpilih secara aklamasi dalam Kongres ISEI XXII 2024 yang berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah.

Cerita Nur Fatia, Difabel Bergelar Sarjana yang Berhasil Masuk Polisi

Sekolah Polisi Wanita atau Sepolwan Lemdiklat Polri sangat bangga memiliki siswi bernama Nur Fatia Azzahra yang bergelar sarjana psikologi, dengan nilai IPK 3,56.

RESEP : Telur Ceplok Setengah Matang, Nikmat dan Menyehatkan

Meskipun terkesan sederhana, namun telur celpok setengah matang memiliki banyak manfaat baik untuk tubuh. S
Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

Berita Terbaru