2. Waktu yang sangat sempit
Jika situasi yang melibatkan emosi dapat menyebabkan orang kehilangan daya berpikir kritis, maka rasa “terburu-buru” juga demikian.
Scammers mengeksploitasi perasaan tersebut juga, misalnya dengan menetapkan tenggat waktu yang ketat.
Jika sebuah pesan mengatakan Anda hanya memiliki beberapa hari, jam, atau menit untuk mengklaim hadiah atau pembelian barang sebelum terjual habis, sekali lagi, itu mungkin penipuan.
3. Desain yang amatir
Kesalahan yang jelas dalam sebuah pesan adalah tanda bahaya lainnya. Beberapa mungkin menunjukkan salah eja disengaja atau penggantian huruf dengan nomor tampak serupa.
Apa pun alasan kesalahan ketik, janji “0ne мilIion d0llars” adalah tanda bahaya yang pasti.
4. Mencari Database
Ketika calon korban mengunjungi situs web penipuan dari email atau chat, penipu biasanya mencoba menarik mereka melalui serangkaian tugas sederhana.
Misalnya mengisi survei singkat atau memilih sejumlah kotak yang diduga berisi hadiah, misalnya. Hal ini dilakukan agar penipu mendapatkan detail informasi pribadi korbannya
Terlepas dari detail skenario yang ada, tujuan keseluruhannya sederhana dan jelas: Membuat orang tersebut menginvestasikan sedikit waktu dan membuat mereka tetap di halaman.
Sehingga semakin lama waktu yang diberikan, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menutup halaman saat pembayaran diminta, dan itu pasti akan terjadi.
Saat situs web yang menjanjikan tunjangan besar meminta terlalu banyak data konfidensial yang tidak diperlukan, Kaspersky menyarankan Anda untuk segera menutup laman tersebut.
5. Meminta sedikit biaya di awal
Trik favorit lainnya setelah menggaet korban adalah meminta sedikit biaya atau istilah umumnya down payment (DP).
Para penipu online biasanya akan meminta korban untuk melakukan transfer demi keperluan verifikasi kartu, atau pembayaran pendaftaran di beberapa database.
Tanpa itu, penipu bersikeras, korban tidak dapat menerima hadiah yang dijanjikan. Selain mencuri uang, pelaku juga berpotensi mendapatkan informasi pribadi korban apabila korban membagikan detail kartu kredit dengan penipu.
Para pelaku kejahatan siber terus-menerus menemukan cara baru untuk memonetisasi kepercayaan dan kelemahan para pengguna.