JAKARTA, HOLOPIS.COM – Masih seputar kegaduhan tweet Ferdinand Hutahaean yang menyinggung “Allahmu ternyata lemah, harus dibela” hingga berujung tudingan penodaan agama. Salah satu dai bernama Hilmi Firdausi mencoba mengangkat sebuah ayat di dalam Alquran, Surat Muhammad Ayat 7.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu & meneguhkan kedudukanmu (QS 47:7),” tulis @Hilmi28 pada tanggal 5 Januari 2022 lalu.
Ia memahami bahwa di dalam Surat tersebut, sebagai hamba maka umat Islam harus melakukan pembelaan terhadap Allah SWT sebagai Tuhan, begitu juga membela para Nabi dan Rasul, sekalipun mereka sama sekali tidak perlu dibela.
“Allah memang tidak perlu pembelaan hambaNya, tapi kita yang perlu diakui sebagai pembela Allah. Para Nabi dan Rasul mencontohkan itu. Hati-hati berucap, mulutmu harimaumu,” tulis Hilmi memberikan nasihat soal tweet Ferdinand.
Namun tweet Hilmi tersebut malah disanggah banyak tokoh. Bahkan Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia – Selandia Baru KH Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir juga berkomentar. Dan ada juga menantu Gus Mus, Ulil Abshar Abdalla juga ikut nimbrung memberikan perspektifnya.
Bukan Allah yang Perlu Dibela, Tapi Agama
Pertama, komentar muncul dari pemilik akun Twitter @adtaufiq. Ia menyebut bahwa ada kesalahan yang dilakukan oleh Hilmi Firdausi di dalam mengutip ayat tersebut. Bahwa di sana bukan membela Allah, ada kata yang tidak disebutkan di dalam lafadz Ansharullah.
“Woiii jangan jadi tukang potong-potong ayat dan terjemahannya, ustad Hilmi ini sengaja atau goblok sih? Ada kata (agama) di antara menolong dan Allah.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَـنۡصُرُوا اللّٰهَ يَنۡصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ اَقۡدَامَكُمۡ”
tulisnya.
Kemudian, komentar Taufiq ini juga direspon oleh Gus Nadir. Ia juga membenarkan bahwa di tenga antara kata membela dengan Allah itu terselip makna yang tersimpan, yakni “agama”.
“Ayat “menolong Allah” itu gak bisa dipahami dengan harfiah, ustad @Hilmi28 Terjemah Kemenag menyelipkan kata “agama” dalam kurung: menolong (agama) Allah. Dasarnya dari kitab tafsir,” tulis @na_dirs.
https://twitter.com/na_dirs/status/1479655036581859329?t=G-xyp-tMKKApdnOxuxc-HQ&s=19
Penjelasan Gus Nadir ini pun ikut diamini oleh Ulil Abshar. Ia menyebut bahwa agama di dalam makna Ansharullah adalah bentuk majaz mursal.
Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada makna aslinya karena adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan bukan perumpamaan) disertai qarinah (alasan/bukti) yang mencegahnya dari makna asli. Majaz mursal berbeda dengan kinayah karena pada kalimat yang berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah suatu lafaz dari makna aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak dibatasi oleh pemaknaan tertentu.
“Setuju dengan penjelasan ini. Dalam bahasa Arab, ada yang disebut “majaz mursal” (free allegory/metaphor). Salah satu bentuk majaz mursal adalah “majaz bil hadzf”: metafor dengan membuang salah satu elemen. “Menolong Allah”, maksudnya menolong agama Allah. Sebab Allah ndak perlu ditolong,” tutur Gus Ulil.