Advertisement
Categories: Internasional

Kerusuhan Kazakhstan, Jenazah Banyak yang Tergeletak di Jalanan

Advertisement

JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kerusuhan di Kazakhstan beberapa waktu lalu menelan banyak korban jiwa. Di kota Almaty, banyak jenazah yang penuh dengan peluru tergeletak di jalanan Kazakhstan.

Menurut jurnalis anonim, kota itu berkali-kali dipenuhi dengan tembakan. Selain itu, internet yang mati membuat mesin ATM rusak dan setidaknya ada satu toko senjata yang dijarah, dikutip dari CNN.

Selain itu, jurnalis ini mengatakan pemerintah Kazakhstan berhasil menguasai wilayah Almaty yang berada dekat kediaman presiden dan kantor gubernur. Tiga pos pemeriksaan militer juga telah dibangun.

Menurut jurnalis tersebut, jika ada orang yang pergi mendekati pos pemeriksaan, pasukan militer akan menembakkan peluru ke udara. Meski demikian, tak jelas peluru yang ditembakkan merupakan peluru tajam atau peluru karet.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengklaim kerusuhan yang terjadi di negaranya dilatarbelakangi oleh ‘bandit teroris’ dari luar dan dalam negeri.

Tokayev dalam pidatonya terlihat berusaha menampilkan narasi dalang kerusuhan adalah terorisme. ‘Teroris’ ini, kata Tokayev, ‘terlatih melakukan sabotase ideologi, menggunakan informasi salah secara terampil, dan mampu memanipulasi hati masyarakat.’

Beberapa demonstran membantah tuduhan Tokayev ini.

“Kami bukan preman atau teroris. Satu-satunya yang berkembang di sini adalah korupsi,” kata salah satu perempuan.

Salah satu pria juga mengatakan bahwa demonstran ingin mengetahui kebenaran.

“Pemerintah kaya, tetapi semua orang di sini memiliki pinjaman yang harus dibayar. Kami merasa sedih, dan kami ingin membagikan rasa itu,” tuturnya.

Demonstrasi ini merupakan tantangan terbesar pemerintah Kazakhstan, yang diperintah oleh autokrat.

Awalnya, demonstrasi ini dimulai atas kemarahan publik karena kenaikan harga bahan bakar. Namun, beberapa pakar menilai kemarahan ini menjalar hingga ke perilaku korup pemerintah, standar kehidupan, kemiskinan, dan pengangguran di negara itu.

“Ini adalah pemerintahan yang benar-benar lepas atas kenyataan yang terjadi di lapangan. Ini adalah negara tanpa institusi untuk memberikan protes, satu-satunya cara adalah dengan turun ke jalan,” kata pengamat Paul Stronski dari Carnegie Endowment for International Peace.

Share
Published by
Selvi Anggriani

Recent Posts

Justin Baldoni Bantah Tudingan Pelecehan Seksual, Sebut Blake Lively Bersandiwara

Dunia perfilman Hollywood saat ini sedang dihebohkan dengan skandal yang melibatkan dua nama besar yaitu…

8 menit ago

Polisi Tangkap Sopir Ugal-ugalan di Pakuwon City Surabaya, Pengaruh Alkohol, Tes Narkoba Belum Keluar

JAWA TIMUR - Sebuah aksi sopir ugal-ugalan terjadi di kawasan jalan tembusan Pakuwon City pada…

23 menit ago

Mayor Teddy Jelaskan Erdogan Tak Walkout, Begini Kondisinya

JAKARTA - Kabar tentang Recep Tayyip Erdogan walkout saat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto berbicara…

38 menit ago

Kecelakaan Mobil Minibus vs Kereta Pandhalungan di Jember, Tak Ada Korban Jiwa

JAKARTA - Sebuah mobil minibus merk Honda Mobilio berpelat nomor polisi P 1677 GI tersambar…

53 menit ago

PDIP Minta Presiden Prabowo Kaji Ulang Penarapan PPN 12 Persen Tahun Depan

JAKARTA - Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus mengatakan bahwa pihaknya tidak menolak kenaikan PPN 12…

1 jam ago

Kecelakaan di Malang Gegara Truk Tak Kuat Menanjak, 4 Orang Penumpang Bus Meninggal

JAWA TIMUR - Sebuah bus pariwisata Tirto Agung bernomor polisi S 7607 UW mengalami kecelakaan…

1 jam ago