Penggunaan tiktok sebagai media kompetisi, menurut K Bahrudin, bisa dipahami karena tiktok merupakan salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak muda.
“Melalui kompetisi ini saya kira Pemprov Jawa Timur ingin memberikan bobot nilai dan makna terhadap konten-konten sosial media agar lebih mendidik dan berguna bagi kemashlahatan publik, terutama anak-anak muda sebagai user mayoritasnya,” katanya.
Di tengah kemajuan teknologi ini, kata mantan aktivis HMI Jakarta itu, pesantren dan santri menghadapi tantangan yang jauh lebih komplek, yang membuat para pendidik perlu melakukan sesuatu yang baru untuk menjaga pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Menurutnya, sikap apatis terhadap kemajuan teknologi jelas bukanlah sikap yang bijak. Sebaliknya, justru pesantren harus menangkap peluang itu dengan berusaha mensinergikan ilmu keagamaan dengan tantangan era revolusi teknologi.
“Tidak boleh ada pandangan dikotomis antara ilmu keagamaan dan penguasaan teknologi. Sehingga pesantren menjadi satu kekuatan struktur sosial yang terus relevan dan mampu memberikan solusi atas problem kemasyarakatan dan kemodernan,” katanya.