Roti Buaya Jadi Hantaran Pernikahan
Dalam sebuah acara pernikahan adat Betawi, biasanya pihak pengantin pria akan membawa roti buaya yang akan diberikan kepada pihak mempelai perempuan.
Bahkan, roti buaya yang dijadikan sebuah hantaran tidak boleh ada cacat atau rusak sampai diterima oleh pihak mempelai wanita. Lalu ukuran roti buaya juga memiliki makna, jika ukurannya semakin besar dipercayai berhubungan dengan masa depan rumah tangga sang pengantin.
Ada juga kepercayaan lainya, saat ada seseorang yang belum menikah makan roti buaya maka akan cepat beertemu jodohnya.
Roti buaya yang dijadikan hantaran, biasanya jumlahnya sepasang. Bahkan dilengkapi dengan telur dan anak buaya sebagai harapan kelak pengantin ini cepat diberi momongan.
Roti Buaya Dulu Tidak Untuk Dimakan
JJ. Rizal seorang sejarahwan Betawi menceritakan, dahulu roti buaya bukan menjadi sebuah makanan untuk dimakan. Apalagi, dulu roti buaya dibuat dengan tekstur sangat keras.
Roti yang aslinya punya rasa tawar ini bisa tahan lama karena hanya terbuat dari campuran tepung terigu dan air.
Biasanyaa setelah pesta pernikahan selesai, roti buaya hanya akan disimpan diatas lemari di kamar pengantin.
Roti buaya hanya didiamkan hingga hancur termakan usia, ini sebagai gambaran pasangan suami istri yang tetap bersama.
Seiring berjalannya waktu, kini roti buaya sudah mulai banyak dimodifikasi bahkan sudah bisa dimakan. Beberapa pembuat roti buaya, memberi isian cokelat, selai dan rasa lainnya yang membuat rasanya makin enak.