JAKARTA, HOLOPIS.COM Roti Buaya yang sering kita lihat ada dalam sebuah pernikahan, ternyata bukan hanya sebagai sebuah hantaran dalam sebuah pernikahan. Ternyata, roti buaya ini memiliki sejarah dan filosofi yang cukup mendalam.

Dibalik rupanya yang ditakuti banyak orang, buaya merupakan sosok binatang yang paling setia. Itu karena, seekor buaya pejantan hanya akan kawin satu kali dengan seekor buaya betina untuk seumur hidupnya.

Namun, ada juga yang melambangkan buaya sebagai sebuah konotasi yang negatif. Salah satunya, yakni pria hidung belang.

Sejarah Roti Buaya

Pengolahan roti buaya dipercaya, sudah dilakukan oleh masyarakat Betawi sejak ratusan tahun lalu. Bahkan menjadi simbol, dalam tradisi masyarakat Betawi.

Namun dari berbagai sumber yang ada, sungai menjadi cikal bakal adanya tradisi roti buaya. Apalagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, tahu tentang kesetiaan seekor buaya kepada pasangannya. Bahkan saat pasangannya mati atau hilang, sang pejantan tidak akan mencari betina lainnya.

Sifat buaya yang setia kepada pasangannya itulah, yang akhirnya menjadi sebuah inspirasi masyarakat Betawi yang diwariskan secara turun menurun.

Sisi positif lain yang jadi inspirasi, yakni pergerakan buaya yang tenang saat mencari mangsa jadi simbol kesabaran.

Dari situlah, akhirnya masyarakat membuat roti yang sengaja dibentuk mirip buaya. Namun, awalnya roti buaya memang dibuat bukan untuk dikonsumsi secara harian. Hanya dibuat, saat berlangsung momen khusus seperti acara pernikahan.