SULSEL, HOLOPIS.COM – Pasca Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang mengguncang NTT dan beberapa wilayah lainnya, puluhan ribu warga sampai dengan saat ini masih bertahan di posko pengungsian.
Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, pengungsi terbanyak tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan,
“Total warga mengungsi berdasarkan data BPBD setempat per hari ini, Sabtu (18/12), pukul 14.30 WIB, berjumlah 16.593 jiwa yang tersebar di 104 titik pengungsian,” kata Abdul, Sabtu (18/12).
Selain berdampak pada pengungsian, Abdul menambahkan, gempa memicu terjadinya kerusakan bangunan rumah warga. Data sampai saat ini rumah rusak berat 361 unit dan rusak ringan 800 unit.
“Sedangkan untuk fasilitas umum berupa fasilitas pendidikan rusak berat 2 unit, tempat ibadah rusak berat 4 unit dan rusak ringan 1 unit. Di samping itu, rumah jabatan kepala desa rusak berat 1 dan pelabuhan rakyat rusak berat 1. Demikian juga gedung pemerintah 7 unit, fasilitas pendidikan 1 unit dan gudang 2 unit masih dilakukan verifikasi tingkat kerusakan,” terangnya.
Sementara itu, pengungsian juga teridentifikasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu di Kabupaten Sikka dan Flores Timur. Jumlah warga mengungsi tidak sebanyak di Kabupaten Kepulauan Selayar.
“Ada 226 jiwa yang mengungsi di aula rumah jabatan Bupati Sikka, sedangkan di Kabupaten Flores Timur, terdapat 390 jiwa mengungsi di Desa Lawebele dan 97 di Desa Ile Padung,” bebernya.
Abdul menjelaskan, warga yang masih bertahan di pengungsian tidak semua disebabkan kerusakan bangunan tempat tinggalnya. Mereka mengungsi sementara waktu untuk mengantisipasi gempa susulan.
Dimana dari catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sebanyak 713 kali gempa susulan di atas skala M5,0 hingga Sabtu (18/12), pukul 07.00 WIB.
Gempa yang terjadi pada 14 Desember 2021 lalu ini berpusat pada 112 km arah barat laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km. Guncangan kuat dirasakan masyarakat di beberapa kabupaten di Provinsi NTT, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.