JAKARTA, HOLOPIS.COM – Hari Antikorupsi Sedunia yang diperingati pada tanggal 9 Desember setiap tahunnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik agar bersikap antikorupsi. Sayangnya, tingkat korupsi di Indonesia masih tinggi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menyoroti kasus korupsi ini sebagai suatu penyakit yang ganas.

“Korupsi merupakan suatu penyakit yang luar biasa berbahaya,” ungkap Sri Mulyani dalam Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia Kementerian Keuangan (Hakordia Kemenkeu), secara virtual, Rabu (8/12).

Bukan tanpa alasan, apa yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani bahwa korupsi adalah penyakit yang berbahaya dapat kita telaah secara teori dalam dunia kedokteran lho, Sobat Holopis!

Koruptor sendiri memang sering kali tidak menunjukkan rasa bersalah, hal tersebut juga merupakan tanda gangguan kejiwaan yaitu borderline personality disorder.

Dilansir dari halodoc, Borderline Personality Disorder (BPD) adalah gangguan mental yang cukup serius. Penderitanya sering merasa tidak bersalah jika melakukan sesuatu yang merugikan orang lain karena memiliki cara pikir, cara pandang, serta perasaan yang berbeda seperti kebanyakan orang lainnya.

Belum diketahui penyebab pasti gangguan mental Borderline Personality Disorder ini. Namun, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami BDP.

Berikut adalah beberapa penyebabnya:

1. Lingkungan

Seseorang yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang kurang baik tentu akan memiliki trauma psikis saat dewasa. Misalnya saja, lingkungan yang kerap mengucilkan seseorang pada saat masih kecil atau riwayat ketika seseorang pernah menjadi korban pelecehan seksual pada masa kecil. Hal ini akan menyebabkan gangguan mental saat dia menginjak dewasa.

2. Genetik

Beberapa penelitian menyatakan bahwa gangguan mental juga ada yang diturunkan melalui genetik. Salah satunya adalah gangguan mental Borderline Personality Disorder.

3. Kelainan pada Otak

Pengidap Borderline Personality Disorder memiliki perubahan struktur dan fungsi otaknya. Khususnya, pada area yang mengatur emosi. Pengidap Borderline Personality Disorder juga memiliki kelainan fungsi dari neurotransmitter yang berperan mengatur emosi. Inilah yang menyebabkan pengidap sering mengalami perubahan suasana hati atau mood yang begitu cepat.

Beberapa penyebab di atas memang kemungkinan meningkatkan risiko seseorang memiliki gangguan mental Borderline Personality Disorder. Namun, bukan berarti gangguan mental ini tidak dapat ditangani dengan baik. Penyebab Borderline Personality Disorder nyatanya bisa dikurangi dan juga dihindari dengan beberapa cara. Tentu dukungan lingkungan dan keluarga juga diperlukan untuk menekan risiko gangguan mental Borderline Personality Disorder ini.