Program pemerintah penuntasan kasus HIV/AIDS

Sebenarnya, pemerintah Indonesia telah mencanangkan gerakan Indonesia bebas dari HIV/AIDS. Program ini digagas oleh Kementerian Kesehatan dan para mitra. Mereka ingin mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses mencapai Three Zero pada tahun 2030.

Kampanye itu dilakukan dengan cara penyadaran kepada masyarakat agar tidak melakukan seks bebas sehingga menekan penularan infeksi baru HIV. Apalagi kasus HIV/AIDS ini sangat membahayakan dna permanen di dalam tubuh pengidapnya karena belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Sehingga diharapkan awareness ini semakin meluas di kalangan masyarakat agar tidak ada lagi kematian akibat AIDS.

Gerakan ini juga dilakukan untuk membantu para pengidap HIV/AIDS untuk bisa mendapatkan perawatan yang baik, sekaligus menjauhkan mereka dari stigma dan diskriminasi.

Selanjutnya, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan pada 2017 telah mencanangkan strategi Fast Track 90-90-90 yang meliputi percepatan pencapaian 90% orang mengetahui status HIV melalui tes atau deteksi dini. Nantinya, 90% dari Orang Dewan HIV/AIDS (ODHA) yang mengetahui status HIV akan memulai terapi ARV, dan 90% ODHA dalam terapi ARV berhasil menekan jumlah virusnya sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV, serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi ODHA.

1 Desember Hari AIDS Internasional

Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss. Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Program AIDS Global (United Nations Programme on HIV/AIDS – UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988.

Bunn yang juga merupakan reporter yang meliput epidemi ini untuk PIX-TV di San Francisco ini menyarankan tanggal 1 Desember untuk memastikan potensi liputan oleh media berita barat, sesuatu yang diyakininya sangat penting untuk keberhasilan Hari AIDS Sedunia.

Ia merasa bahwa karena 1988 adalah tahun pemilihan umum di AS, penerbitan media akan kelelahan dengan liputan pasca-pemilu mereka dan bersemangat untuk mencari cerita baru untuk mereka liput. Bunn dan Netter merasa bahwa 1 Desember cukup lama setelah pemilu dan cukup dekat dengan libur Natal sehingga, pada dasarnya, tanggal itu adalah tanggal mati dalam kalender berita dan dengan demikian waktu yang tepat untuk Hari AIDS Sedunia.