JAKARTA, HOLOPIS.COM – Perkembangan teknologi informasi di era 4.0 seperti saat ini membuat banyak platform digital bermunculan, mulai dari sosial media yang bebas digunakan oleh netizen (masyarakat pengguna internet -red), hingga pengoperasionalan website.
Namun sayangnya, banyak persoalan yang muncul di tengah hiruk-pikuk berkembangnya teknologi informasi dewasa ini. Salah satunya adalah konten negatif bertebaran di masyarakat melalui jaringan sosial media yang tersambung dengan perangkat mobile masyarakat.
Menyikapi hal itu, banyak seruan dari berbagai kalangan agar perangkat digital bisa lebih diisi dengan konten-konten yang lebih baik dan bermanfaat, bukan hasutan, cacian, makian apalagi fitnah.
Salah satunya yang diungkapkan oleh Komunitas IT sekaligus redaktur Holopis.com Muhammad Ibnu. Ia menyerukan kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dengan berbagai informasi dan berita yang diterima di perangkat ponsel pintar mereka, sebab akan mudah menjadi korban hasutan bahkan praktik phising dan kejahatan siber lainnya.
“Kita harus bijaksana menggunakan perangkat IT, jangan mentang-mentang ahli lalu menjalankan kejahatan. Karena ada regulasi yang membatasi itu,” kata Ibnu dalam Kegiatan Webinar dengan tema “Menghadapi Tantangan di Era CyberSecurity dan Proteksi dari Ancaman Serangan Cyber” yang diselenggarakan oleh Universitas Teknokrat Indonesia dan Baintelkam Polri, Sabtu (27/11).
Menurutnya, publik harus cerdas dalam mencari dan menerima informasi, karena dengan informasi yang bermanfaat justru akan memperkaya literasi masyarakat. Bukan justru malah mencari isu sentimen yang tidak perlu seperti halnya bernuansa suku, ras dan antar golongan (SARA), yang seakan menguntungkan segelintir pihak sehingga bisa mengarah kepada sikap intoleran dan radikal. Apalagi informasi yang didapat juga belum tentu kebenarannnya.
“Cek dulu, benar tidaknya baru di-share. Saring sebelum sharing. Informasi yang dicari jangan yang malah hanya mencari kesalahan yang sebenarnya kita nggak perlu,” ucapnya.
Dikatakan Ibnu, insan pers yang menjalankan profesinya pasti profesional, produknya mengikuti kaidah jurnalistik yang baik dan benar. Akan tapi karena banyaknya media yang bertujuan untuk alat propaganda dan mengklaim sebagai “pers”, maka ia pun mengingatkan agar masyarakat Indonesia juga berhati-hati dan bijak dalam menyikapinya.
“Kan banyak media-media yang mengklaim sebagai perusahaan pers, padahal isi beritanya hanya untuk propaganda, untuk menggiring perspektif dan emosi netizen saja. Untuk media-media seperti ini kita pun harus bijak, apalagi asal main broadcast aja,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia juga mengingatkan agar masyarakat peduli terhadap keamanan data pribadi. Banyak sekali praktik kejahatan siber yang dijalankan, mulai dari praktik phising melalui mekanisme social engineering (SoCeng) maupun praktik-praktik cracking dan hacking lainnya.
“Jangan mudah klik link-link yang kita tidak kenal. Biasanya di SMS atau whatsapp ada kirim Anda mendapatkan hadiah sekian ratus juta, untuk mengaksesnya klik link di bawah ini. Awas, itu modus operandi phising,” tuturnya.
Ia juga menyarankan agar tidak gampang download materi di website-webite sembarangan. Karena dikhawatirkan file yang diunduh berupa program trojan atau malware.
“Biasanya filenya bersifat exe, padahal kita maunya download lagu atau gambar,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia juga menyarankan agar keamanan data baik email, password maupun login access ke perangkat atau akun platform ditingkatkan firewallnya.
“Jangan hanya andalkan ingat password, tapi tingkatkan firewall. Email biasanya sudah berikan fitur verifikasi login ke HP dan sebagainya. Jangan biarkan orang tak bertanggung jawab mudah akses akun kita. Mari aware soal data pribadi,” pungkasnya.