JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai bahwa polisi sedang melakukan upaya keras untuk menindak siapapun yang terafiliasi dan terlibat langsung dengan kelompok teroris, termasuk jaringan Jamaah Islamiyah (JI).
Hal ini ia katakan karena untuk melihat dan menyikapi kelompok jaringan teroris ini tidak bisa hanya satu atau dua sudut pandang saja. Akan tetapi harus dilihat secara utuh bahwa ini adalah sebuah kerja-kerja organisasi yang rapih.
“Yang sekarang ini sebagai organisasi mau dibongkar semua, apapun jabatannya jabatannya di divisi apapun,” kata Ridlwan dalam Ruang Tamu Holopis Channel, Jumat (26/11).
Menurut hematnya, tiga orang terduga teroris yang telah ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan menjadi perhatian publik adalah jaringan yang berada di divisi non militer.
“Kita harus melihat JI ini harus secara komprehensif sebagai organisasi, ada yang bagian dana, bagian dakwah, militer, dan bagian jihad. Yang ditangkap kemarin adalah bagian dana dan dakwah,” ujarnya.
Sehingga ketika ada kabar Densus 88 menangkap seseorang, tidak selalu tersangka itu berperan sebagai militer maupun tumbal pengantin.
“Jangan juga kita terpaku teroris pasti ngebom, nusuk orang, tembak orang,” tegasnya.
Perlu diketahui, bahwa Densus 88 telah mengamankan tiga orang tersangka dalam kasus tindak pidana terorisme. Ketiganya disebut-sebut berafiliasi dengan kelompok jaringan Jamaah Islamiyah. Bahkan salah satunya adalah anggota Komisi Fatwa MUI non aktif yakni Ahmad Zain An Najah. Kemudian ada juga Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) Farid Ahmad Okbah, dan satu orang lainnya adalah Anung Al Hamat.
Ketiganya ditangkap di kawasan Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa 16 November 2021. Dan ketiganya juga dituding terkait dengan Lembaga Amil Zakat Abdurrohman bin Auf (LAZ ABA). Lembaga penggalangan dana umat ini pun disebut-sebut menjadi salah satu sumber pembiayaan kelompok jaringan Jamaah Islamiyah tersebut.