JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo meminta agar para pemangku kebijakan tidak hanya sekedar fokus pada percepatan dan pencapaian vaksinasi Covid-19. Padahal ada yang perlu diperhatikan secara serius agar upaya penanggulangan pandemi ini bisa dilakukan dengan maksimal.
“Saat ini kondisi kita belum aman karena peltzman effect, seperti sudah membuka masker dan kerumunan tinggi, ini bahaya. Karena di daerah itu lebih marak vaksinasi dibanding surveillance,” kata Windhu dalam bicang-bicang di RuangTamu Holopis Channel untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional, Jumat (12/11).
Surveillance ini adalah upaya tracingdan testing . Menurut Windhu, di sisi ini pemerintah masih cukup lemah.
“Mobilitas dan aktifitas publik aman kalau kita yakin bahwa mereka negarif covid. Dan yang positif bisa langsung kita isolasi dan tidak berkerumun di luar, itu aman,” ujarnya.
Apalagi kata dia, memang ada tracing dilakukan oleh pemerintah, namun banyak yang tidak ditindaklanjuti hasil tracing ke tahap testing. Menurut Windhu, ini adalah pekerjaan yang sia-sia.
“Tracing kita bagus bahkan ada satu Provinsi bisa 1:30, tapi hasil tarcing itu tidak dilanjut ke test. Lho, buat apa. Jadi kita ini seperti bekerja tanpa tujuan yang jelas,” ucapnya.
“Harusnya, minimal 80 persen (hasil tracing) lanjut ke testing. Kita akan tahu siapa yang ada di kontak erat itu dan siapa saja yang tertular. Itu yang membuat amunisi kita lemah dan senjata kita Pedulilindungi lemah saat ini,” sambung Windhu.
Surveillance ini menurut Windhu adalah amunisi dari senjata ampuh penanggulangan pandemi Covid-19 yang bernama PeduliLindungi. Sayangnya, aplikasi sebaik itu kurang maksimal karena amunisinya tidak ada.
“Pedulilindungi yang kita punya saat ini adalah senjata yang sangat ampuh dan baik. Amunisinya adalah Surveillance. kalau senjatanya ampuh tapi amunisinya nggak ada ya tetep bobol, karena yang ada di luar positif mereka tidak terdeteksi,” tuturnya.
Jika surveillance dilakukan secara serius dan maksimal, maka deteksi penyebaran Covid-19 di Indonesia bisa dilakukan dengan sebaik mungkin. Kemudian pemerintah bisa melakukan upaya yang jauh lebih konkret lagi.
“Kalau surveillance kita bagus, maka Pedulilindungi menjadi senjata ampuh, setiap orang yang positif dan jadi kontak erat dan orang belum tervaksinasi akan tertangkis tidak bisa masuk ke area publik. Sayangnya, senjata kita bagus tapi amunisinya belum optimum,” imbuhnya.
PeduliLidungi jangan cuma formalitas
Windhu menyayangkan adanya fakta lapangan, di mana area publik dan pusat perbelanjaan tidak menerapkan surveillance dengan baik melalui aplikasi PeduliLindungi. Banyak orang yang masuk ke area umum yang belum tervaksinasi karena tidak scan sebagaimana mestinya.
“Mobilitas dan aktifitas publik sudah meningkat maka Pedulilindungi harus maksimal, jangan hanya sekedar formalitas kita. Jangan kita kayak anget-anget tai ayam, di awal-awal saja bagus,” tandasnya.
“Saya lihat di tempat rekreasi satu keluarga datang dan yang memindai hanya 1 orang, ini kan main-main,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia pun meminta agar pemerintah benar-benar serius dalam penanggulangan pandemi Covid-19, tidak hanya terpaku pada vaksinasi belaka. Padahal kunci sukses penanggulangan pandemi adalah tracing dan testing yang baik.
“Kalau pemerintah bener-benar serius menghalau gelombang baru dan seterusnya, apalagi sebentar lagi ada nataru, maka gunakan Pedulilindungi yang amunisinya yakni tracing dan testing jangan kendor, karena vaksinasi kita tidak cukup karena masih rendah,” pungkasnya.