7. Tidak Menjaga Jarak Aman
Kondisi ini menurut Fitra Eri sangat berkontribusi pada insiden kecelakaan beruntun. Cara aman untuk memastikan jarak aman antara mobil pengendara dengan kendaraan di depannya adalah menggunakan metode persepsi waktu. Jarak antara mobil satu dengan mobil di depannya adalah minimal berjarak 2 detik dalam kondisi jalanan kering, namun jika jalanan basah atau suasana berkabut maka jarak paling aman 3 detik.
Lantas bagaimana menjaga jarak aman dalam kondisi macet, Fitra Eri memberikan tips yakni dengan melihat ban belakang kendaraan di depan. Jika ban belakang kendaraan di depan masih terlihat maka jarak Anda masih terbilang aman.
“Kalau kita tidak bisa melihat ban belakang mobil depan, artinya kita terlalu dekat,” tutir
8. Hilang Konsentrasi
Kehilangan konsentrasi menurut Fitra Eri bisa terjadi karena banyak faktor. Namun yang paling umum adalah terjadinya gangguan dari pihak luar diri sendiri. Bisa karena faktor penumpang, maupun saat penggunaan ponsel di tengah perjalanan.
“Menggunakan ponsel, itu akan mendistrect kita, bukan hanya tangan kita, tapi juga pikiran dan pandangan kita. Sebisa mungkin letakkan handphone Anda di tempat yang aman dan tidak usah Anda operasikan selama Anda berkendara,” jelas Fitra.
9. Lelah atau Mengantuk
Fitra Eri sangat menyarankan kepada para pengemudi untuk memastikan selama memacu kendaraannya dalam kondisi fisik yang fit dan prima. Memang rasa lelah dan mengantuk itu manusiawi, setiap orang akan mengalami kondisi ini, namun jika berkendara sendiri maka usahakan luangkan waktu untuk beristirahat yang cukup di rest area misalnya.
Atau ketika dalam kondisi perjalanan jauh, sebaiknya membawa supir cadangan yang bisa bergantian setidaknya setiap 2 (dua) jam sekali.
“Sebisa mungkin berkendara di jam biologis kita. Kalau kita biasa bangun pagi hari maka kita berkendara di pagi hari, jangan berkendara di malam hari,” ujarnya.
Mengantuk ternyata tidak hanya karena faktor jam biologis juga, Fitra menyampaikan bahwa suara kendaraan dan musik yang konstan dan membosankan juga bisa memiliki distribusi yang aktif untuk membuat driver mengantuk.
“Apa yang harus kita lakukan kalau mengantuk, jangan berkendara (dengan nada tinggi). Cari gantinya atau cari rest area terdekat dan segera beristirahat, sebentar saja yang penting sempat tidur itu jauh memulihkan rasa kantuk,” tandasnya.
Bagi Fitra Eri, lelah dan ngantuk tidak ada obatnya apalagi hanya sekedar ngopi. Maka ketika lelah dan mengantuk, obatnya hanya istirahat dan tidur sejenak di tempat aman.
“Karena kelelahan itu adalah tanda dari tubuh untuk meminta istirahat, satu-satunya cara adalah istirahat. Kalau kita mau melakukan perjalanan jauh, buatlah rencana perjalanan jauh jangan sampai melewati jam biologis dan titik lelah kita. Pertimbangkan stamina jangan asal waktunya cepat,” tutur Fitra.
10. Ban Pecah
Menurut pengalaman Fitra Eri sebagai pembalap, sering kali ia mengalami ban pecah saat memacu kendaraannya. Bagi Fitra, ban pecah memiliki risiko yang cukup besar terjadinya kecelakaan, akan tetapi sebenarnya bisa saja tidak sampai terjadi kecelakaan jika mengetahui trik yang benar saat mengontrol kendaraan ketika mengalami ban pecah.
“Pada saat ban pecah jangan panik dan kaget, dor, biasanya orang langsung banting stir dan injak rem, jangan,” ucap Fitra Eri.
Ketika pengendara mendengar bannya pecah, yang harus dilakukan adalah jangan menginjak rem sama sekali, kontrol setir agar tetap lurus sembari mengurangi gas perlahan-lahan sama sampai lepas pedal sama sekali. Kemudian nyalakan sen kiri untuk bersiap mengarahkan laju kendaraan ke sisi kiri jalan.
Kemudian setelah kecepatan berada di bawah 30 km/jam, barulah boleh menginjak rem secara perjalan sampai kendaraan berhenti total.