JAKARTA, HOLOPIS.COM – Direktur Jenderal Cipta Karya- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, menjelaskan awal mula tercetusnya terowongan Silahturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Ide awal pembuatan terowongan tersebut, berawal saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020.
“Beliau (Presiden Jokowi) berdiri di pintu (masuk Istiqlal) Al Fattah itu, beliau melihat Katedral sama Istiqlal kalau digabungkan bagus ya, cara menggabungkannya bagaimana ya. Makanya kemarin bikin terowongan saja,” jelas Diana kepada wartawan, Senin (25/10).
Akhirnya terowongan Silahturahmi dibangun mulai 15 Desember 2020, dan rampung pada 20 September 2021 yang menghabiskan dana mencapai Rp 37,3 miliar. Pembangunan dilakukan, dengan memanfaatkan lahan parkir basement Istiqlal yang langsung dihubungkan ke halaman Katedral.
Dengan selesai dibangunnya terowongan tersebut, diharapkan menjadi simbol kerukunan beragama. Khususnya umat Islam dengan Katolik. “Terowongan ini juga menjadi simbol kerukunan umat antar umat beragama pada umumnya, khususnya umat Islam dan Katholik,” ujar Diana.
Terowongan Silahturahmi ini dibangun dengan konsep gaya modern, dengan panjang 32 meter dengan tinggi 3 meter dan lebar 4,1 meter.
“Arsitektur terowongan sendiri dibangun dengan gaya modern. Di mana eksteriornya menggunakan material transparan sehingga kecantikan desain Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tidak terhalang dari dalam terowongan. Sementara bagian interior dibuat senada dengan interior Masjid Istiqlal menggunakan marmer” ujar Diana.
Guna mempermudah orang tua maupun orang berkebutuhan khusu, terowongan ini juga disiapkan fasilitas lift. Parkir basement Istiqlal yang tersambung dengan terowongan, bisa menampung 500 mobil. Lahan parkir tersebut, bisa digunakan bergantian
“Kalau Jumat dapat digunakan jamaah Masjid Istiqlal, hari Minggu dapat bisa digunakan jamaah Gereja Katedral,” ujar Diana.