BALI, HOLOPIS.COM – Setelah menjalani prosesi upacara Sudhi Wadani, Putri Presiden pertama RI Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri kini resmi menjadi penganut Agama Hindu.

Setelah menganut Agama Hindu, pemilik nama lengkap Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri ini memiliki gelar Ratu Niang Sukmawati.

Pemberian gelar tersebut ternyata memiliki kisah menarik, berawal pada tahun 2011 saat upacara Nilapati peresmian The Soekarno Center. “Nilapati ini sesuai dengan petunjuk Ida Pedanda (Pendeta) lebar, waktu itu mendoakan atau mengabenkan Bung Karno tahun 2011,” cerita Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa, Presiden The Soekarno Center, dalam konferensi pers, Selasa (26/10).

Tepat pada 11 November 2011, ada suatu ritual yang dijalankan oleh Sukmawati Soekarnoputri di Griya (rumah) Sanur Pejeng, Gianyar dengan Ida Pedanda (Pendeta) Gede Wayahan Bun.

“Jadi Ida Pedanda/Sulinggih memberikan gelar ke beliau (Sukmawati Soekarnoputri) setelah upacara (Nilapati) beliau ini. Karena ternyata ada suatu pandangan spiritual dari beberapa tokoh-tokoh di Bali bahwa beliau ini terlihat seperti reinkarnasinya Ibu Tribhuwana Tunggadewi,” jelas Arya Wedakarna.

“Maka dari itu, pada 11 November 2011 tersebut, turunlah gelar Ratu Tribuana Utunggadewi. Ketika saya tanyakan ke Pedanda (Pendeta) apa artinya, ‘Ut’ itu artinya lahir kembali,” lanjutnya.

Arya Wedakarna pun melanjutkan ceritanya, secara nyata, ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai Ratu Kerajaan Majapahit sebagai penganut Agama Hindu. Kemudian secara fakta, Sukmawati Soekarnoputri memiliki putra mahkota.

Sukmawati Soekarnoputri bersuamikan Raja Istana Mangkunegaran, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkunegaran IX. Sedangkan Putra Sukmawati Soekarnoputri, yakni Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna Jiwo Suryonegoro yang juga calon raja Istana Mangkunegaran X.

Jika dilihat secara darah, Sukmawati Soekarnoputri adalah cucu dari Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang juga seorang Brahmana dari Dadia Pasek Baleagung Buleleng.

Sebagai seorang putri dari proklamator Indonesia, ia pernah hidup di keraton dan putranya Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna Jiwo Suryonegoro serta putrinya Gusti Raden Ayu Putri Agung Suniwati adalah pewaris tahta dari Keraton Solo.

“Maka dari itu tidak ada suatu hal yang surprise ketika dari para tokoh-tokoh Bali menyematkan gelar Ratu Niang Sukmawati. ‘Niang’ itu adalah nenek sama dengan eyang putri karena dia sudah punya cucu, ‘Sukmawati’ adalah nama beliau, kalau ‘Ratu’ ya memang beliau keturunannya dari noble blood,” jelasnya.

“Jadi tidak ada maksud feodalisme dan sebagainya, tetapi faktanya itu adalah panggilan kehormatan. Sama juga di puri-puri, di jero-jero (rumah-rumah) juga panggilannya Ratu Biang, Ratu Aji, Ratu Niang, itu hal (yang) sama, biasa-biasa saja. Tetapi beliau sebagai seorang PNI, beliau mau dipanggil Mbah, mau dipanggil Ibu, mau dipanggil apapun terserah,” pungkas Arya Wedakarna.